Ayat Mazmur 20:9 ini memberikan sebuah refleksi mendalam tentang sumber kekuatan dan kebanggaan yang sejati. Dalam konteks di mana banyak orang bersandar pada kekuatan militer, kekayaan, atau sumber daya duniawi lainnya, pemazmur mengingatkan kita akan hal yang jauh lebih unggul: nama TUHAN, Allah kami.
Zaman dulu, seperti halnya mungkin ada yang masih terjadi hingga kini, kereta perang dan kuda adalah simbol kekuatan, prestise, dan kemampuan untuk meraih kemenangan. Kendaraan-kendaraan ini tidak hanya digunakan untuk perang, tetapi juga menunjukkan status sosial dan kekayaan. Memiliki banyak kereta dan kuda berarti memiliki sumber daya yang besar dan kemampuan untuk melindungi diri serta menguasai yang lain. Oleh karena itu, wajar jika banyak orang mengandalkan dan membanggakan aset-aset duniawi tersebut.
Namun, ayat ini secara tegas membedakan pandangan ini dengan iman para pemercaya. "Orang-orang ini membanggakan kereta, yang lain kuda," kalimat ini menggambarkan sebuah kontras yang tajam. Ini bukan berarti bahwa kereta dan kuda itu buruk, melainkan bahwa kebanggaan dan harapan yang ditempatkan pada benda-benda tersebut adalah sesuatu yang fana dan terbatas. Kekuatan duniawi dapat dihancurkan, kekayaan dapat lenyap, dan kuda pun bisa mati. Bergantung pada hal-hal tersebut adalah fondasi yang rapuh untuk membangun kehidupan yang kokoh.
Di sisi lain, pernyataan "tetapi kami membanggakan nama TUHAN, Allah kami" adalah deklarasi iman yang kuat. Nama TUHAN bukan sekadar sebutan, melainkan mencakup seluruh sifat dan otoritas-Nya. Membanggakan nama TUHAN berarti mengandalkan kekuatan, kasih, keadilan, dan pemeliharaan-Nya yang tak terbatas. Ini adalah pengakuan bahwa TUHAN adalah sumber segala kebaikan, pelindung yang setia, dan penolong yang tak pernah gagal. Harapan yang disandarkan pada-Nya tidak akan pernah mengecewakan, karena Ia adalah Allah yang kekal dan tidak berubah.
Dalam kehidupan modern, "kereta" dan "kuda" bisa diartikan sebagai berbagai hal yang kita banggakan atau andalkan: karier, pendidikan, kekayaan materi, penampilan, kekuasaan, atau bahkan reputasi. Seringkali kita secara tidak sadar menempatkan kepercayaan kita pada hal-hal ini, berharap mereka akan memberikan kebahagiaan dan keamanan. Mazmur 20:9 mengajak kita untuk mengevaluasi kembali di mana kita menaruh harapan kita yang terdalam. Apakah kita benar-benar membanggakan nama TUHAN, ataukah kita terjerumus dalam kebanggaan pada hal-hal duniawi yang sementara?
Mengandalkan TUHAN memberikan perspektif yang berbeda. Ketika menghadapi tantangan, kita tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri atau sumber daya yang ada. Kita mengangkat pandangan kepada Sang Pencipta, memohon hikmat-Nya, kekuatan-Nya, dan penyertaan-Nya. Ini bukan berarti kita menjadi pasif, tetapi kita bertindak dengan kesadaran bahwa kekuatan sejati datang dari TUHAN. Kebanggaan yang sejati tidak datang dari pencapaian pribadi semata, melainkan dari hubungan kita dengan Allah dan pengakuan akan kebesaran-Nya dalam hidup kita.
Jadi, marilah kita terus belajar untuk menempatkan kepercayaan dan kebanggaan kita sepenuhnya kepada TUHAN, Allah kita. Dialah sumber kekuatan yang tak pernah habis, harapan yang kokoh di tengah badai kehidupan, dan jaminan masa depan yang kekal. Biarlah nama-Nya senantiasa menjadi kebanggaan kita.