Mazmur 22:9 adalah sebuah seruan mendalam yang menggema di sepanjang sejarah umat manusia. Ayat ini, yang diucapkan oleh pemazmur Daud, menyoroti sebuah realitas fundamental: bahwa kehidupan kita, sejak awal mula, berada dalam genggaman dan perlindungan Ilahi. "Tetapi Engkaulah yang mengerluarku dari kandungan ibuku," tulis Daud, mengakui peran Tuhan yang paling awal dan paling krusial dalam keberadaan kita.
Ungkapan "mengerluarku dari kandungan ibuku" bukan sekadar metafora tentang kelahiran fisik. Ini adalah pengakuan akan campur tangan ilahi dalam proses penciptaan itu sendiri. Bahkan sebelum kita menghirup udara dunia, bahkan sebelum kita memiliki kesadaran diri, Tuhan telah bekerja. Dia adalah Arsitek Agung yang merencanakan dan melaksanakan setiap detail dari keberadaan kita yang paling awal. Dalam rahim ibu, di tengah keheningan dan ketidakberdayaan, tangan Tuhan yang mahakuasa telah membentuk kita, memberikan bentuk, kehidupan, dan potensi.
Lebih jauh lagi, Daud menambahkan, "Engkau yang membuatnya aku aman, bertanamkan pengharapan pada dada ibuku." Kata "aman" di sini mengacu pada rasa perlindungan, kepercayaan, dan ketenangan. Di tengah proses yang rentan dan misterius dari kehamilan dan kelahiran, Tuhan adalah benteng pelindung. Dia memastikan bahwa proses itu berjalan sesuai dengan rancangan-Nya, menjaga ibu dan bayi dari marabahaya yang mungkin mengancam. Keamanan ini bukan hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual.
Bagian terakhir dari ayat ini, "bertanamkan pengharapan pada dada ibuku," sangat menyentuh. Ini menggambarkan bagaimana Tuhan tidak hanya memberikan keamanan, tetapi juga menanamkan fondasi pengharapan. Di dalam hati seorang ibu, yang merupakan sumber kehidupan dan kasih pertama bagi seorang anak, Tuhan menabur benih-benih harapan. Ini adalah harapan akan masa depan, harapan akan kebaikan, dan harapan akan kasih yang akan membimbing anak tersebut melalui kehidupannya. Hubungan antara ibu dan anak, yang diawali dengan keintiman fisik dan emosional, diilhami oleh Tuhan sebagai saluran awal dari keyakinan dan janji-janji-Nya.
Dalam konteks penderitaan yang sering digambarkan dalam Mazmur 22, ayat ini menjadi jangkar kebenaran yang kuat. Ketika hidup terasa berat, ketika tantangan datang bertubi-tubi, kita diingatkan bahwa asal-usul kita bukanlah dari kekacauan atau ketidakberdayaan semata. Kita berasal dari tangan Tuhan yang penuh kasih. Dia yang memulai kehidupan kita juga yang memelihara kita. Dia yang memberikan keamanan di saat paling rentan juga yang menanamkan pengharapan yang akan menopang kita di masa-masa sulit.
Mazmur 22:9 mengajarkan bahwa setiap kehidupan memiliki nilai ilahi sejak dari permulaannya. Ini adalah pengingat akan kasih setia Tuhan yang melampaui segalanya, yang hadir bahkan sebelum kita menyadarinya. Ketika kita merenungkan ayat ini, kita diajak untuk berserah, percaya bahwa Sang Pencipta kita adalah juga Sang Pemelihara kita, yang menanamkan pengharapan di dalam hati kita, memungkinkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan keyakinan dan keberanian.