"Orang fasik membisikkan dosa di dalam hatinya, hatinya tidak takut akan Allah."
Ayat Mazmur 36:4 ini menghadirkan sebuah gambaran yang tajam mengenai sifat dan motivasi orang yang menolak Allah. Ia berbicara tentang "orang fasik" yang tidak hanya melakukan tindakan dosa, tetapi bahkan "membisikkan dosa di dalam hatinya." Ini menunjukkan sebuah kedalaman kebejatan moral, di mana dosa tidak lagi sekadar sebuah kesalahan sesekali, melainkan telah tertanam begitu dalam di dalam pemikiran dan keinginan terdalam mereka. Konsep "membisikkan" menyiratkan adanya niat tersembunyi, perencanaan licik, dan kepuasan dalam kejahatan yang sedang dirancang atau dipupuk dalam hati. Lebih lanjut, ayat ini menegaskan bahwa "hatinya tidak takut akan Allah." Ketakutan akan Allah, dalam konteks biblikal, bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam, kesadaran akan kekudusan-Nya, dan pengakuan atas otoritas-Nya yang mutlak. Ketika seseorang kehilangan rasa takut akan Allah, mereka kehilangan kompas moral mereka. Mereka menjadi bebas dari kendala etika dan spiritual yang seharusnya membatasi tindakan mereka. Tanpa kesadaran akan kehadiran dan penghakiman Allah, tidak ada lagi dorongan internal untuk berbuat baik atau menghindari kejahatan. Dampak dari kondisi hati yang demikian sangatlah luas. Orang yang hatinya tidak takut akan Allah cenderung akan mengejar kepuasan diri sendiri tanpa mempedulikan konsekuensi atau dampak buruk bagi orang lain. Mereka bisa menjadi manipulatif, egois, dan acuh tak acuh terhadap penderitaan yang mereka timbulkan. Kebohongan, penipuan, dan kekerasan bisa menjadi alat yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan mereka. Ayat ini menjadi sebuah peringatan yang kuat bagi setiap individu untuk memeriksa kondisi hati mereka. Apakah hati kita memiliki rasa hormat yang tulus kepada Allah? Apakah kita sadar akan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita? Kontras yang kuat disajikan dalam ayat-ayat selanjutnya dalam Mazmur 36, di mana pemazmur membandingkan kejahatan orang fasik dengan kasih setia dan kebenaran Allah yang tak terbatas. Kebaikan Allah menjangkau langit, kesetiaan-Nya sampai awan-awan, keadilan-Nya seperti gunung-gunung, dan keputusan-Nya seperti lautan yang dalam. Di hadapan keagungan kebaikan dan keadilan ilahi ini, tindakan dan niat jahat manusia terlihat begitu kecil dan tidak berarti. Oleh karena itu, Mazmur 36:4 bukan hanya sebuah deskripsi tentang kebejatan manusia, tetapi juga sebuah seruan untuk mencari perlindungan dalam kebaikan dan kekudusan Allah. Bagi mereka yang menyadari kerapuhan hati manusia dan kecenderungan untuk jatuh ke dalam dosa, janji Allah akan pengampunan dan pemulihan menjadi sumber harapan yang luar biasa. Dengan merenungkan kebesaran dan kebaikan Allah, kita dapat menemukan kekuatan untuk melawan godaan dosa dan menumbuhkan hati yang takut akan Dia, yang pada akhirnya akan membawa kita kepada kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan kebenaran.