"Engkau menjual umat-Mu dengan harga yang murah, dan tidak memperhitungkan keuntungan dari penjualan itu."
Ayat Mazmur 44:12 ini seringkali menimbulkan pertanyaan dan bahkan kepedihan dalam hati umat beriman. Kata-kata "Engkau menjual umat-Mu dengan harga yang murah" terdengar sangat keras, seolah-olah Allah merendahkan nilai umat-Nya. Namun, untuk memahami makna mendalam dari ayat ini, kita perlu melihat konteks kitab Mazmur dan sifat perjanjian antara Allah dengan umat-Nya.
Mazmur 44 secara keseluruhan adalah ratapan bangsa Israel yang sedang menghadapi kekalahan dan penindasan yang berat. Mereka meratapi masa lalu di mana Allah begitu dekat dan memenangkan pertempuran bagi mereka, namun kini situasinya berbanding terbalik. Ayat ini bukanlah gambaran literal tentang Allah yang melakukan transaksi jual beli, melainkan sebuah bahasa figuratif yang kuat untuk menggambarkan penderitaan dan rasa ditinggalkan yang dialami oleh umat-Nya.
Ketika dikatakan "menjual umat-Mu dengan harga yang murah", ini bisa diartikan bahwa umat Israel merasa harga diri dan keselamatan mereka telah diremehkan atau diabaikan. Mereka berada dalam kondisi yang sangat rentan, di mana musuh-musuh mereka seolah-olah berkuasa tanpa perlawanan yang berarti dari pihak ilahi. Rasa "murah" di sini menunjukkan betapa rendahnya nilai mereka di mata penindas, dan ironisnya, mereka merasa Allah pun seolah-olah membiarkan harga diri mereka jatuh serendah itu.
Frasa "tidak memperhitungkan keuntungan dari penjualan itu" menambah kedalaman penderitaan. Ini menyiratkan bahwa dalam krisis ini, mereka tidak melihat ada manfaat atau keuntungan apa pun, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi Allah yang mereka sembah. Mereka merasa ditinggalkan dalam kehinaan, tanpa adanya pemulihan atau kemenangan yang dijanjikan. Ini adalah ekspresi keputusasaan yang mendalam, di mana mereka mempertanyakan keadilan dan kuasa Allah di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Namun, penting untuk diingat bahwa Mazmur ini juga merupakan bagian dari proses doa dan pengakuan iman. Bahkan dalam ratapan yang paling pedih sekalipun, ada kerinduan yang tersirat untuk kembali kepada Allah. Mazmur 44:12, meskipun terdengar negatif, sebenarnya membuka pintu untuk percakapan yang jujur dengan Tuhan. Umat Israel sedang mengungkapkan ketakutan, kebingungan, dan rasa sakit mereka, dengan harapan bahwa Allah akan mendengar dan bertindak.
Dalam perspektif iman Kristen, ayat ini dapat dilihat sebagai gambaran bagaimana umat manusia, dalam kejatuhannya, telah kehilangan harga dirinya dan terikat dalam perbudakan dosa. Namun, Allah tidak membiarkan umat-Nya terperosok selamanya. Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, Allah justru menebus umat-Nya dengan harga yang paling mahal, yaitu darah Anak-Nya yang tunggal. Pengorbanan ini menunjukkan betapa berharganya setiap jiwa di mata Allah, kontras dengan ungkapan "harga yang murah" dalam Mazmur tersebut.
Jadi, ketika kita merenungkan Mazmur 44:12, janganlah terpaku pada makna harfiah yang menyakitkan. Alih-alih, lihatlah sebagai ekspresi iman yang jujur di tengah penderitaan, sebagai panggilan untuk terus berbicara kepada Allah, dan sebagai pengingat bahwa Allah yang berdaulat, meskipun terkadang tampak jauh, pada akhirnya memiliki rencana pemulihan dan penebusan yang sempurna bagi umat-Nya. Ayat ini mengajak kita untuk terus percaya bahwa Allah tidak pernah menjual kita dengan "murah", tetapi justru rela memberikan segalanya untuk keselamatan kita.