Aku hendak mencondongkan telingaku kepada amsal, hendak memainkan kecapi untuk teka-teki.
Ayat Mazmur 49:4 membawa kita pada sebuah gambaran yang indah mengenai bagaimana kebenaran dan hikmat dapat disampaikan. Penulis mazmur, yang kemungkinan besar adalah Daud atau seorang penyair lain yang mahir, menyatakan niatnya untuk "mencondongkan telingaku kepada amsal" dan "memainkan kecapi untuk teka-teki". Ini bukan sekadar ungkapan keinginan biasa, melainkan sebuah pernyataan tentang metode pengajaran yang mendalam dan artistik.
Kata "amsal" (mishle dalam bahasa Ibrani) merujuk pada perumpamaan, peribahasa, atau ungkapan hikmat yang seringkali singkat namun padat makna. Amsal seringkali digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral atau spiritual dengan cara yang mudah diingat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mazmur ingin mendengarkan, merenungkan, dan memahami amsal-amsal yang ada, mungkin yang berasal dari tradisi atau yang diilhamkan secara ilahi.
Lebih menarik lagi adalah frasa "memainkan kecapi untuk teka-teki". Kecapi (kinnor) adalah alat musik petik yang sering dikaitkan dengan pujian, doa, dan ekspresi emosi yang mendalam dalam tradisi Israel kuno. Dengan menghubungkan permainan kecapi dengan "teka-teki" (chidah), penulis mazmur menunjukkan bahwa kebenaran yang disampaikan tidak selalu gamblang atau mudah dipahami pada pandangan pertama. Teka-teki membutuhkan pemikiran, perenungan, dan pemahaman yang lebih dalam. Melalui alunan musik yang indah, kebenaran yang mungkin rumit atau misterius ini dapat menjadi lebih menarik dan dapat diakses.
Kombinasi antara amsal dan teka-teki, yang disajikan melalui iringan musik kecapi, mencerminkan pendekatan yang holistik terhadap penyampaian kebenaran. Ini menunjukkan bahwa hikmat bukanlah sekadar kumpulan fakta atau aturan, melainkan sesuatu yang dapat dirasakan, dihayati, dan dibagikan melalui berbagai bentuk ekspresi kreatif. Keindahan musik dapat membuka hati dan pikiran, membuat seseorang lebih reseptif terhadap pesan-pesan yang disampaikan, bahkan jika pesan tersebut mengandung kesulitan atau tantangan intelektual.
Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 49:4 mengingatkan kita akan pentingnya kebijaksanaan dan cara-cara yang menarik untuk menyampaikannya. Di era modern ini, di mana informasi berlimpah namun seringkali dangkal, semangat untuk mendalami "amsal" dan menyajikan kebenaran melalui medium yang "menarik" (seperti musik, seni, atau cerita) menjadi sangat relevan. Ini adalah ajakan untuk tidak hanya mencari kebenaran, tetapi juga untuk menyebarkannya dengan cara yang membangkitkan rasa ingin tahu, merangsang pemikiran, dan menyentuh hati, seperti melodi kecapi yang mengiringi makna tersembunyi.