Kejadian 47:29 - Berkah di Akhir Hayat

"Tatkala sudah dekat waktunya Israel meninggal, ia memanggil Yusuf, anaknya, dan berkata kepadanya: "Sesungguhnya, kalau aku akan meninggal, baiklah kautaruh tanganku di bawah pinggangku, dan lakukanlah kepadaku kasih dan setia: janganlah engkau menguburkan aku di Mesir."
Ilustrasi patriark berbaring di ranjang sambil menunjuk ke arah langit Janji Kebebasan Menuju Tanah Perjanjian

Ayat Kejadian 47:29 ini merupakan momen yang sangat menyentuh dalam narasi Alkitab, di mana Yakub, yang dikenal juga sebagai Israel, menghadapi ajalnya. Saat hidupnya hampir berakhir, ia memanggil putra kesayangannya, Yusuf, untuk menyampaikan pesan terakhir yang penuh makna dan kepercayaan.

Permintaan Yakub bukanlah sekadar urusan pemakaman, melainkan sebuah penegasan identitas dan iman. Ia meminta Yusuf untuk meletakkan tangan di bawah pinggangnya, sebuah gestur yang dalam konteks budaya kuno sering kali menandakan sumpah atau janji yang mengikat. Yakub ingin Yusuf berjanji untuk menunjukkan kasih dan kesetiaan yang luar biasa, bukan hanya dalam mengurus jenazahnya, tetapi juga dalam menepati keinginan terakhirnya.

Inti dari permintaan Yakub adalah agar ia tidak dikuburkan di tanah Mesir. Setelah menghabiskan bertahun-tahun di Mesir, sebuah tanah yang telah menyelamatkannya dan keluarganya dari kelaparan, Yakub tetap memegang teguh janji Allah kepada leluhurnya, Abraham dan Ishak, tentang tanah Kanaan. Mesir, meskipun menjadi tempat perlindungan sementara, bukanlah tanah warisan abadi bagi umat Allah. Keinginan untuk dikuburkan di tanah perjanjian menjadi simbol kesetiaannya kepada Allah dan harapannya akan pemenuhan janji-Nya untuk keturunannya.

Permintaan ini juga menunjukkan kedalaman hubungan antara Yakub dan Yusuf. Yakub memiliki keyakinan penuh bahwa Yusuf akan mendengar dan mematuhi kata-katanya. Hubungan mereka telah terjalin melalui berbagai cobaan, termasuk penderitaan yang disebabkan oleh saudara-saudara Yusuf dan kemudian pemulihan yang luar biasa melalui campur tangan Yusuf sendiri. Kini, di akhir hidupnya, Yakub mempercayakan hal terpenting baginya kepada Yusuf.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya identitas dan warisan. Bahkan dalam situasi yang paling rentan sekalipun, seperti menjelang kematian, keyakinan akan jati diri sebagai umat perjanjian Allah tidak boleh luntur. Keinginan Yakub untuk dikuburkan di Kanaan bukan hanya sekadar masalah lokasi fisik, tetapi juga pengakuan akan identitasnya sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Ini adalah pengingat bahwa sementara hidup di dunia ini, orang percaya memiliki panggilan dan tujuan yang melampaui batas-batas duniawi.

Permintaan Yakub menjadi titik awal bagi peristiwa besar lainnya. Ketika saatnya tiba, Yusuf akan membawa jenazah Yakub kembali ke Kanaan untuk dikuburkan bersama para leluhurnya, sebuah perjalanan yang penuh tantangan namun merupakan tonggak penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju kemerdekaan. Perintah ini menggarisbawahi bahwa iman sejati selalu berorientasi pada janji-janji Allah dan tujuan kekal.

Oleh karena itu, Kejadian 47:29 bukan hanya catatan historis, melainkan sebuah pelajaran spiritual tentang kesetiaan, identitas, dan harapan. Ini adalah tentang menghormati masa lalu sambil tetap berorientasi pada masa depan yang dijanjikan oleh Sang Pencipta.