Ayat ini, Mazmur 60:11, seringkali terasa berat untuk dibaca. Ia mencerminkan sebuah momen keputusasaan, sebuah pengakuan akan kelemahan, bahkan sebuah pertanyaan yang tertuju kepada Sang Ilahi. Dalam bahasa yang lugas, sang pemazmur mengakui bahwa dalam perjuangan menghadapi musuh, mereka merasa ditinggalkan. Pertanyaannya bukanlah tuduhan, melainkan seruan dari lubuk hati yang terdalam, sebuah kerinduan akan kehadiran dan pertolongan Tuhan yang biasa menyertai mereka dalam peperangan.
Keadaan yang digambarkan dalam Mazmur 60:11 ini bukanlah gambaran kemenangan yang gemilang, melainkan sebuah momen ketika kekuatan manusia terasa tidak mencukupi. Ada kalanya dalam hidup, kita pun akan merasakan hal yang sama. Entah itu dalam menghadapi tantangan pribadi, krisis keluarga, atau bahkan dalam perjuangan komunal melawan ketidakadilan, terkadang kita merasa sendirian. Kita merindukan kehadiran Tuhan yang dulu begitu nyata dirasakan, yang dulu memberikan kekuatan dan keberanian untuk melangkah maju.
Namun, di balik nada keputusasaan ini, tersimpan makna yang lebih dalam. Mazmur ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam momen keraguan tergelap sekalipun, iman tidak lantas padam. Justru, pertanyaan dan seruan yang keluar adalah bentuk dari iman itu sendiri. Ini adalah pengakuan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita, dan kita merindukan kekuatan itu. Mazmur ini berbicara tentang kerentanan manusia, tentang pengakuan bahwa kita bukanlah pahlawan super yang selalu kuat. Kita membutuhkan campur tangan ilahi.
Apa yang bisa kita pelajari dari Mazmur 60:11? Pertama, bahwa adalah wajar untuk merasa lemah dan membutuhkan. Kedua, bahwa dalam pengakuan kelemahan itulah kita membuka diri untuk menerima pertolongan. Seringkali, kita terlalu bangga untuk mengakui bahwa kita sedang berjuang. Namun, Tuhan justru hadir dalam kerapuhan kita. Ketiga, Mazmur ini mengajarkan pentingnya mengingat dan mengandalkan sejarah pertolongan Tuhan. Meskipun dalam ayat ini ada pertanyaan tentang absennya Tuhan saat ini, pemazmur tidak berhenti di sana. Mazmur 60 secara keseluruhan adalah perjalanan dari keputusasaan menuju harapan, dari pengakuan kekalahan menuju penegasan kemenangan ilahi di masa depan.
Ketika kita membaca Mazmur 60:11, marilah kita tidak hanya terpaku pada rasa ditinggalkan, tetapi juga melihatnya sebagai undangan untuk kembali berseru kepada Tuhan. Mari kita mengakui keterbatasan kita, dan dengan segenap hati kita memohon kehadiran-Nya. Karena seperti yang terungkap di ayat-ayat selanjutnya dalam Mazmur 60, Tuhan berjanji untuk memberikan pertolongan dan kemenangan bagi mereka yang berseru kepada-Nya. Keterpurukan hari ini tidak menentukan kemenangan esok hari, terutama jika kita berpegang teguh pada iman dan terus berseru, "Bukankah Engkau, ya Allah..."