Mazmur 64:4 - Lidah Tajam Menyakiti

"Mereka mengasah lidah mereka seperti pedang, dan melontarkan kata-kata pahit seperti anak panah."

Kata-kata Tajam

Alkitab sering kali menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan dampak dari ucapan manusia. Dalam Mazmur 64 ayat 4, pemazmur Dawid menggambarkan betapa berbahayanya perkataan yang diucapkan dengan sengaja untuk melukai. Ia membandingkan lidah yang jahat dengan pedang yang diasah, sebuah gambaran yang begitu jelas tentang niat untuk menyakiti, dan kata-kata pahit yang dilontarkan diibaratkan seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya, menargetkan korban dengan presisi yang mematikan.

Perkataan memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia bisa membangun, menghibur, dan menyembuhkan, namun ia juga bisa menghancurkan, mencemarkan nama baik, dan meninggalkan luka batin yang mendalam. Lidah yang tajam, seperti yang digambarkan dalam Mazmur 64:4, tidak sekadar ucapan yang tidak disengaja atau kekeliruan. Ini adalah penggunaan bahasa yang disengaja untuk menyerang, merendahkan, atau menyebarkan kebohongan demi kepuasan pribadi atau agenda tersembunyi.

Dalam konteks sosial, perkataan seperti ini bisa mewujudkan diri dalam bentuk gosip, fitnah, hujatan, atau bahkan intimidasi verbal. Dampaknya seringkali lebih parah daripada pukulan fisik. Luka yang disebabkan oleh lidah tajam bisa merusak reputasi seseorang, menghancurkan hubungan yang telah terjalin lama, dan bahkan menimbulkan depresi atau kecemasan pada korban. Anak panah yang dilepaskan tidak hanya menusuk, tetapi juga bisa membawa racun yang memperburuk keadaan.

Firman Tuhan mengingatkan kita akan tanggung jawab yang besar dalam mengendalikan perkataan kita. Yakobus 3:5-6 bahkan mengatakan, "Demikian juga lidah, walaupun kecil, dapat membesarkan diri. Lihatlah, betapa kecilnya api yang dapat membakarkan hutan yang luas! Lidah pun adalah api, dunia kejahatan; lidah ada di antara anggota-anggota kita dan mencemarkan seluruh tubuh; dan jika ia menyala-nyala oleh api neraka, ia membakar seluruh roda kehidupan." Ayat ini menegaskan betapa destruktifnya kekuatan lidah ketika tidak terkendali.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan Mazmur 64:4 dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai, bukan pembawa kehancuran. Sebelum berbicara, marilah kita bertanya pada diri sendiri: apakah perkataan ini akan membangun? Apakah ini akan menyakiti? Apakah ini adalah kebenaran yang diucapkan dalam kasih? Jika perkataan kita seperti pedang yang diasah atau anak panah yang pahit, kita perlu berhenti dan mengoreksi diri. Belajar mengendalikan lidah adalah proses seumur hidup yang membutuhkan hikmat ilahi, kesabaran, dan niat tulus untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Mari kita berusaha agar perkataan kita selalu menjadi berkat, bukan kutuk bagi orang lain.