Mazmur 64:8 - Lidah Mereka Jadi Pedang

"Tetapi Allah menunjuk lembing-Nya kepada mereka,
mendadak mereka dilukai oleh anak panah-Nya."

Lidah Menjadi Senjata

Ayat Mazmur 64:8 adalah sebuah metafora yang kuat, menggambarkan bagaimana kata-kata yang dilontarkan dapat menjadi alat yang merusak, sama tajamnya dengan senjata. Dalam konteks ayat ini, penulis Mazmur sedang meratapi persekongkolan orang-orang jahat yang merencanakan kejahatan dan melontarkan perkataan yang menyakitkan, ibarat anak panah yang dilepaskan dengan tujuan untuk melukai. Penggunaan frasa "lidah mereka jadi pedang" dan "dilukai oleh anak panah-Nya" menyoroti betapa dalamnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh ujaran kebencian, fitnah, atau gosip.

Di era digital saat ini, kekuatan kata-kata menjadi semakin amplified. Media sosial dan platform komunikasi online memungkinkan penyebaran informasi – baik yang benar maupun yang salah – dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seringkali, kata-kata yang diucapkan atau ditulis tanpa pemikiran yang matang dapat menyebar luas dan menimbulkan luka emosional yang mendalam bagi individu maupun kelompok yang menjadi sasaran. Fenomena seperti perundungan siber (cyberbullying) dan penyebaran hoaks adalah contoh nyata bagaimana "lidah" di era modern dapat berubah menjadi senjata yang mematikan.

Namun, ayat ini juga membawa dimensi spiritual. Bagian kedua ayat tersebut, "Tetapi Allah menunjuk lembing-Nya kepada mereka, mendadak mereka dilukai oleh anak panah-Nya," memberikan harapan dan keadilan ilahi. Ini menyiratkan bahwa meskipun kata-kata jahat dapat merusak, ada kekuatan yang lebih tinggi yang mengawasi dan pada akhirnya akan menghakimi. Tindakan kejahatan, termasuk penggunaan lidah untuk menyakiti orang lain, tidak akan luput dari perhatian Tuhan. Ada saatnya ketika para pelaku kejahatan akan menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka sendiri, yang digambarkan sebagai "dilukai oleh anak panah-Nya" – sebuah pembalasan ilahi yang pasti.

Sebagai individu, kita dipanggil untuk bijaksana dalam perkataan kita. Mazmur 19:14 mengingatkan kita, "Biarlah perkataan mulutku dan renungan hatiku berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku!" Ini adalah ajakan untuk mengendalikan lidah kita, menjadikannya alat untuk membangun, bukan merusak. Memilih kata-kata yang penuh kasih, pengertian, dan kebenaran adalah cara kita menolak menjadi agen dari "lidah yang menjadi pedang". Sebaliknya, kita dapat menjadi pembawa kedamaian dan pemulihan, meniru kasih dan keadilan Tuhan yang menjadi dasar pengharapan kita.

Oleh karena itu, ketika merenungkan Mazmur 64:8, penting untuk melihatnya dari dua sisi. Pertama, peringatan keras tentang bahaya ujaran yang menyakitkan. Kedua, keyakinan akan keadilan ilahi yang pada akhirnya akan memulihkan keadaan. Marilah kita menggunakan "lidah" kita untuk kebaikan, menyadari bahwa setiap perkataan memiliki bobot dan konsekuensinya.