Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, TUHAN; pada waktu yang berkenan, ya Allah, demi kasih setia-Mu yang besar, jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang menyelamatkan!
Mazmur 69:13 bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah seruan hati yang mendalam dari pemazmur yang sedang menghadapi badai kehidupan. Dalam ayat ini, kita melihat gambaran seseorang yang tertekan, mungkin dikhianati, direndahkan, atau berada dalam kesulitan besar. Namun, di tengah kegelapan dan keputusasaan, fokusnya tidak bergeser dari Tuhan. Ia tetap berdoa, sebuah tindakan iman yang monumental.
Kata "Tetapi aku" memberikan penekanan kuat pada sebuah kontras. Di saat orang lain mungkin memilih untuk menyerah, mengutuk, atau menyalahkan, pemazmur justru memilih jalan doa. Ini menunjukkan kekuatan spiritual yang luar biasa untuk bangkit dari keterpurukan dan mengalihkan pandangannya kepada Sang Pencipta. Doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang mendekatkan diri, mempercayakan segalanya, dan mencari kekuatan dari sumber yang tak terbatas.
Frasa "pada waktu yang berkenan, ya Allah" menunjukkan pengertian akan kedaulatan Tuhan. Pemazmur tidak mendikte kapan pertolongan harus datang, tetapi menyerahkannya pada waktu Tuhan yang sempurna. Ini adalah bentuk kerendahan hati dan keyakinan bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik. Kesabaran dalam penantian adalah bagian penting dari iman yang matang, terlebih ketika menghadapi penderitaan yang panjang.
Kemudian, ia memohon, "demi kasih setia-Mu yang besar, jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang menyelamatkan!" Di sinilah inti dari permohonannya. Pemazmur tidak mendasarkan harapannya pada kebaikan dirinya sendiri atau jasa-jasanya, melainkan pada karakter Tuhan sendiri: kasih setia-Nya yang besar. Kasih setia (hesed dalam bahasa Ibrani) adalah cinta yang teguh, janji yang terikat, kesetiaan yang tidak pernah berubah. Ia tahu bahwa Tuhan itu baik dan setia, dan inilah fondasi keyakinannya untuk mendapatkan pertolongan.
Pertolongan yang diminta bukanlah sekadar bantuan sementara, tetapi "pertolongan-Mu yang menyelamatkan." Ini mengindikasikan kebutuhan akan solusi yang tuntas, yang tidak hanya mengangkat beban sesaat, tetapi memulihkan, membebaskan, dan mengembalikan keadaan. Dalam konteks spiritual yang lebih luas, pertolongan ini bisa berarti keselamatan dari dosa, pemulihan hubungan dengan Tuhan, atau kekuatan untuk bertahan dalam iman.
Ayat ini mengajarkan kita bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, harapan tetap ada. Kehidupan seringkali penuh dengan tantangan, kesakitan, dan kekecewaan. Mungkin kita merasa tenggelam dalam kesulitan, seperti kapal yang dihantam badai. Namun, seperti pemazmur, kita dipanggil untuk tetap menoleh kepada Tuhan. Doa adalah jangkar jiwa kita, yang menahan kita agar tidak terombang-ambing oleh gelombang kehidupan. Dengan mengingat kasih setia Tuhan yang tak terbatas, kita dapat berseru dan percaya bahwa Dia akan menjawab, memberikan pertolongan yang menyelamatkan, pada waktu-Nya yang tepat. Ini adalah janji pengharapan yang abadi.
Untuk pemahaman lebih lanjut, Anda bisa merujuk pada Alkitab SABDA.