"Tetapi ketika aku mencoba memikirkannya, agar hal itu kumengerti, aku merasa susah sekali,"
Renungan mendalam atas sebuah ayat Kitab Suci, seperti Mazmur 73:16, sering kali membuka pintu kepada pemahaman yang lebih luas tentang kehidupan rohani dan emosional kita. Ayat ini, "Tetapi ketika aku mencoba memikirkannya, agar hal itu kumengerti, aku merasa susah sekali," menggambarkan sebuah pergumulan batin yang universal. Sang pemazmur sedang bergulat dengan kesalahpahaman atau kebuntuan dalam memahami keadilan ilahi ketika melihat orang fasik begitu makmur.
Perasaan "susah sekali" yang digambarkan di sini bukan sekadar ketidaknyamanan sesaat, melainkan sebuah kesusahan yang mendalam, sebuah beban yang berat di hati. Ini adalah pengalaman ketika logika kita gagal menjangkau kebenaran yang lebih tinggi, ketika kontradiksi dalam pengalaman dunia terasa begitu mengganggu iman. Seringkali, ketika kita berusaha keras untuk mengerti sesuatu yang kompleks, terutama hal-hal yang berkaitan dengan rencana Allah atau keadilan-Nya, kita justru menemukan diri kita semakin bingung atau frustrasi. Proses pencarian pemahaman yang tulus ini memang membutuhkan usaha mental dan spiritual yang besar, dan tidak jarang membawa kita pada titik keputusasaan sementara.
Namun, dalam kesulitan inilah letak potensi pertumbuhan. Kesulitan untuk memahami justru mendorong kita untuk mencari sumber hikmat yang lebih tinggi daripada sekadar pemikiran manusiawi. Mazmur 73 secara keseluruhan adalah sebuah perjalanan dari kebingungan menuju pemulihan pemahaman dan iman yang diperbarui. Sang pemazmur akhirnya menemukan jawabannya bukan melalui upaya intelektual semata, melainkan melalui "masuk ke tempat kudus Allah" (Mazmur 73:17). Ini menyiratkan bahwa pemahaman yang sesungguhnya seringkali datang saat kita merendahkan diri, berdoa, dan mencari hadirat Tuhan.
Bagi kita hari ini, ayat ini menjadi pengingat bahwa tidak semua jawaban bisa ditemukan dalam sekejap atau melalui kekuatan nalar semata. Ada kalanya kita perlu berhenti berusaha "memikirkannya" dengan kekuatan kita sendiri dan mulai mencari hikmat dari sumber yang ilahi. Ketenangan batin seringkali tidak datang dari pemahaman yang sempurna, melainkan dari penyerahan diri dan kepercayaan kepada Allah, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya mengerti.
Ketika kita menghadapi situasi yang membingungkan, di mana keadilan tampak tidak merata atau rencana Tuhan terasa samar, ingatlah perjuangan sang pemazmur. Jangan putus asa jika usaha memahami terasa menyusahkan. Sebaliknya, jadikan itu sebagai panggilan untuk mendekat kepada Tuhan. Di dalam tempat kudus-Nya, dalam persekutuan yang intim dengan-Nya, kita dapat menemukan kedamaian dan kejelasan yang melampaui segala pemahaman. Pertobatan iman, penyerahan diri, dan pencarian hadirat-Nya adalah kunci untuk menavigasi lautan misteri kehidupan dan menemukan ketenangan sejati di tengah ketidakpastian.