Mazmur 77:5

Aku telah memikirkan hari-hari zaman purbakala,
mengenang tahun-tahun yang telah lalu.

Merenungkan Masa Lalu dalam Terang Harapan

Ayat Mazmur 77:5, "Aku telah memikirkan hari-hari zaman purbakala, mengenang tahun-tahun yang telah lalu," membuka jendela ke dalam hati seorang pemazmur yang sedang bergumul. Dalam kegelapan dan kesedihan, ia mencari penghiburan dan kekuatan dengan merenungkan karya-karya Tuhan di masa lampau. Ini adalah sebuah tindakan yang sangat manusiawi, namun juga penuh hikmat rohani. Di tengah badai kehidupan, mengenang perbuatan ajaib Tuhan di masa lalu dapat menjadi jangkar yang kokoh bagi iman kita.

Pengalaman pemazmur ini mungkin dipicu oleh masa-masa sulit. Mungkin ia merasa ditinggalkan atau dipermalukan, dan dalam kebingungannya ia mengalihkan pandangannya ke sejarah imannya. Ia teringat bagaimana Tuhan telah bertindak secara dahsyat untuk umat-Nya di masa lalu. Ingatan tentang Keluaran dari Mesir, penyeberangan Laut Merah, atau pertolongan-Nya dalam peperangan bisa jadi muncul kembali dalam benaknya. Tindakan merenung ini bukanlah sekadar nostalgia pasif, melainkan sebuah pencarian aktif akan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berubah.

Bagi kita di zaman modern, Mazmur 77:5 memiliki relevansi yang sama. Ketika kita menghadapi tantangan, kekecewaan, atau bahkan keraguan iman, kita juga diundang untuk "memikirkan hari-hari zaman purbakala." Ini berarti kita perlu mengingat bagaimana Tuhan telah bekerja dalam kehidupan kita sendiri, dalam kehidupan keluarga kita, dalam gereja, dan dalam sejarah keselamatan. Mengerjakan ulang kisah-kisah kemenangan iman dalam Alkitab, baik itu pengalaman Abraham, Daud, atau para nabi, dapat membangkitkan kembali keyakinan kita akan kedaulatan dan kebaikan Tuhan.

Lebih dari sekadar mengenang, pemazmur ini kemudian melanjutkan dengan "meratap" dan "bertanya" kepada Tuhan dalam ayat-ayat berikutnya. Ini menunjukkan bahwa refleksi masa lalu bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah titik tolak. Dengan mengingat apa yang telah Tuhan lakukan, kita diberi keberanian untuk menghadapi masa kini dan masa depan. Kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kita kepada Tuhan, bukan dalam nada menuntut, tetapi dalam keyakinan bahwa Dia yang telah setia di masa lalu, juga akan tetap setia sekarang.

Oleh karena itu, mari kita luangkan waktu untuk merenungkan kebesaran Tuhan dalam sejarah dan dalam pengalaman pribadi kita. Biarlah ingatan akan kesetiaan-Nya di masa lalu menjadi sumber kekuatan dan pengharapan kita saat ini. Sebagaimana pemazmur, kita dapat menemukan bahwa Tuhan yang sama yang telah melakukan hal-hal luar biasa di zaman purbakala, terus bekerja dengan tangan-Nya yang perkasa dalam kehidupan kita, membawa kita melewati setiap kesulitan menuju kemenangan-Nya. Refleksi ini akan memperkuat iman kita dan mengingatkan kita bahwa tidak ada situasi yang terlalu sulit bagi Tuhan untuk campur tangan.