Mazmur 78:40 - Kehidupan Iman di Tengah Ujian

"Berapa kali mereka menentang Engkau di padang gurun, dan menyinggung hati-Mu di tanah gersang!"

Ilustrasi

Mazmur 78:40, sebuah ayat yang singkat namun sarat makna, membawa kita merenungkan kehidupan spiritual bangsa Israel di padang gurun. Ayat ini bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah cerminan abadi tentang sifat manusia dalam hubungannya dengan kehendak ilahi. Frasa "Berapa kali mereka menentang Engkau di padang gurun, dan menyinggung hati-Mu di tanah gersang!" mengingatkan kita akan kerapuhan iman dan kecenderungan untuk melupakan kebaikan yang telah diterima.

Padang gurun, dengan segala keterbatasannya, menjadi latar yang sangat kuat untuk ujian kesetiaan. Di sana, kebutuhan dasar seperti air dan makanan menjadi sangat krusial. Allah telah berulang kali menunjukkan kuasa dan kasih-Nya dengan menyediakan kebutuhan tersebut. Mereka melihat Laut Merah terbelah, mereka merasakan mana turun dari langit, dan air memancar dari batu karang. Namun, begitu ujian datang dalam bentuk kesulitan, kelaparan, atau ketidakpastian, ingatan mereka terhadap kebaikan Allah seolah memudar.

Penentangan yang dimaksud dalam ayat ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk. Bisa jadi itu adalah keluhan yang terus-menerus, kerinduan yang berlebihan akan kehidupan di Mesir, atau bahkan pemberontakan terbuka seperti yang terjadi pada peristiwa lembu buatan Harun. Setiap tindakan penentangan dan ucapan yang tidak percaya adalah sebuah "menyinggung hati" Allah. Kata "menyinggung hati" memberikan gambaran yang sangat personal, seolah Allah merasakan kekecewaan dan kesedihan mendalam ketika ciptaan-Nya yang dikasihi berpaling dari-Nya.

Ayat ini mengajak kita untuk melakukan introspeksi diri. Di dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita juga menghadapi "padang gurun" kita sendiri. Mungkin itu adalah masa-masa sulit dalam karier, pergumulan dalam hubungan, atau kesehatan yang memburuk. Dalam situasi seperti inilah, sangat mudah untuk merasa putus asa dan bahkan menyalahkan Tuhan. Kita mungkin mulai mengeluh, membandingkan hidup kita dengan orang lain, atau meragukan rencana-Nya. Tindakan-tindakan inilah yang secara implisit "menentang" kehendak-Nya dan "menyinggung hati-Nya".

Pesan dari Mazmur 78:40 bukanlah tentang menghakimi generasi masa lalu, melainkan tentang belajar dari pengalaman mereka. Ini adalah seruan untuk membangun iman yang kokoh, yang tidak mudah goyah oleh tantangan. Kesetiaan Allah tidak pernah berubah, meskipun kesetiaan manusia seringkali berfluktuasi. Memahami kebenaran ini seharusnya memotivasi kita untuk senantiasa bergantung pada-Nya, mengingat semua perbuatan ajaib-Nya, dan menaruh kepercayaan penuh pada kasih dan pemeliharaan-Nya, bahkan di saat-saat tergelap dalam perjalanan hidup kita. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kesadaran akan kasih karunia-Nya yang berkelanjutan, sehingga kita tidak menjadi generasi yang di kemudian hari ditanya, "Berapa kali mereka menentang Engkau?"