"Ia membinasakan pohon anggur mereka dengan hujan es dan pohon ara mereka dengan embun beku."
Ayat Mazmur 78:47 menggambarkan sebuah gambaran dramatis tentang murka ilahi dan dampaknya terhadap bangsa Israel. Ayat ini bukanlah sekadar deskripsi cuaca yang buruk, melainkan sebuah metafora kuat yang menyiratkan hukuman dan konsekuensi dari ketidaktaatan terhadap Allah. Dalam konteks Mazmur 78, pemazmur sedang merenungkan sejarah panjang umat Israel, dari keluaran dari Mesir hingga masa sekarang, untuk mengingatkan generasi mendatang tentang pentingnya mengingat dan taat kepada Tuhan.
Pohon anggur dan pohon ara dalam tradisi Timur Tengah sering kali melambangkan kemakmuran, kelimpahan, dan berkat yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya. Keduanya adalah hasil bumi yang penting, memberikan makanan dan minuman, serta menjadi tanda tanah yang subur dan diberkati. Ketika ayat ini menyebutkan bahwa Allah "membinasakan pohon anggur mereka dengan hujan es dan pohon ara mereka dengan embun beku," ini adalah gambaran kehancuran total atas sumber kehidupan dan kemakmuran mereka. Hujan es dan embun beku adalah fenomena alam yang bisa merusak tanaman secara mendadak dan parah, menghancurkan harapan panen dan membawa kesengsaraan.
Pemazmur menggunakan gambaran alam ini untuk menekankan betapa seriusnya Allah memandang dosa dan pengabaian terhadap perjanjian-Nya. Murka Allah bukanlah kemarahan manusia yang impulsif, melainkan respons yang adil terhadap pemberontakan dan ketidaksetiaan umat-Nya. Dalam konteks sejarah Israel, hukuman semacam ini sering kali datang ketika umat itu berpaling kepada penyembahan berhala, mengabaikan hukum-hukum Tuhan, dan melupakan perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya untuk mereka. Mereka menikmati berkat Allah, tetapi gagal untuk menghormati-Nya.
Lebih dari sekadar kehancuran fisik, ayat ini juga berbicara tentang hilangnya harapan dan masa depan. Dengan membinasakan sumber makanan dan mata pencaharian mereka, Allah sedang menunjukkan bahwa dosa memiliki konsekuensi yang merusak kehidupan secara menyeluruh. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa hubungan dengan Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan. Ketaatan membawa berkat dan kehidupan, sementara ketidaktaatan membawa kehancuran dan kesengsaraan.
Namun, Mazmur 78 tidak berhenti pada gambaran murka semata. Mazmur ini juga penuh dengan panggilan untuk mengingat, belajar dari sejarah, dan kembali kepada Tuhan. Bahkan di tengah hukuman, Allah tetap setia pada janji-janji-Nya. Ayat seperti Mazmur 78:47 berfungsi sebagai peringatan yang mendalam, mendorong umat untuk merenungkan tindakan mereka, mengakui kesalahan, dan mencari pengampunan. Ini adalah pengingat bahwa keadilan Allah, meskipun keras, adalah bagian dari karakter-Nya yang sempurna, dan itu selalu bertujuan untuk mengembalikan umat-Nya kepada jalan yang benar.
Saat merenungkan Mazmur 78:47, kita diajak untuk memahami kedalaman kasih dan keadilan Allah. Keadilan-Nya memastikan bahwa dosa tidak akan dibiarkan begitu saja, tetapi kasih-Nya selalu terbuka bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada-Nya. Gambaran kehancuran tanaman ini menjadi pengingat abadi tentang betapa pentingnya menghargai berkat Tuhan dan menjaga hubungan yang taat dengan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.