Mazmur 79 adalah sebuah ratapan yang mendalam, sebuah doa yang dilantunkan di tengah kehancuran dan kepedihan. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, mazmur ini seringkali dihubungkan dengan penghancuran Yerusalem dan Bait Suci oleh bangsa Babel. Ayat ketujuh, "Terkamlah mereka yang tidak mengenal Engkau, dan bangsa-bangsa yang tidak memanggil nama-Mu," bukanlah sekadar ungkapan kebencian, melainkan sebuah permohonan yang sarat dengan pemahaman teologis tentang keadilan ilahi. Penulis mazmur, dalam kesakitannya, berseru kepada Tuhan agar Dia bertindak terhadap mereka yang secara terang-terangan menolak dan melawan-Nya.
Gambaran visual yang melambangkan permohonan dan kekuatan ilahi.
Permohonan ini bukanlah keinginan agar manusia saling membinasakan, melainkan pengakuan bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas penuh untuk menghakimi dan memulihkan. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan seringkali bertindak berdasarkan kekerasan, keserakahan, dan ketidakadilan. Mereka tidak berpegang pada nilai-nilai moral atau hukum ilahi. Penulis mazmur melihat tindakan mereka sebagai perlawanan langsung terhadap kedaulatan Tuhan. Oleh karena itu, seruan agar Tuhan "menerkam" mereka adalah permohonan agar Tuhan menegakkan kebenaran-Nya dan menunjukkan superioritas-Nya atas segala kuasa yang menentang-Nya.
Di balik kata-kata yang terdengar keras ini, terdapat kerinduan yang mendalam akan pemulihan dan keadilan. Penulis mazmur tidak hanya berdoa agar musuh-musuhnya dihukum, tetapi juga agar melalui tindakan ilahi tersebut, nama Tuhan dipermuliakan dan umat-Nya diselamatkan. Ketika Tuhan bertindak, Ia menunjukkan siapa Dia sebenarnya: Tuhan yang adil, berkuasa, dan setia kepada janji-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ada realitas kejahatan di dunia yang perlu dipertanggungjawabkan, dan bahwa pada akhirnya, keadilan ilahi akan ditegakkan.
Bagi pembaca masa kini, Mazmur 79:7 menawarkan perspektif tentang bagaimana menghadapi ketidakadilan dan kekejaman. Ini adalah undangan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, mengakui otoritas Tuhan, dan percaya bahwa Dia akan bertindak pada waktu-Nya yang tepat. Ini juga menjadi pengingat untuk terus mengenal dan memanggil nama Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, karena di sanalah sumber kekuatan, perlindungan, dan kebenaran yang sejati. Kehidupan yang tidak mengenal Tuhan seringkali tersesat dalam kegelapan dan kehancuran, dan seruan ini adalah pengingat akan konsekuensi dari penolakan terhadap Pencipta.