"Biarlah Engkau membuat kami bersukacita kembali,
sehingga kami tidak akan berbalik dari pada-Mu lagi."
Ayat Mazmur 80:6 ini adalah seruan hati yang mendalam dari pemazmur yang merasakan murka Tuhan. Dalam konteks perikop Mazmur 80, pemazmur meratap kepada Tuhan atas hukuman yang menimpa umat-Nya. Mereka digambarkan seperti domba yang dicerai-berai, negeri yang dirusak, dan dipermalukan di hadapan tetangga. Dalam kesedihan dan keputusasaan ini, doa yang dinaikkan adalah bukan sekadar permintaan maaf, melainkan permohonan agar Tuhan memulihkan dan mengembalikan umat-Nya pada persekutuan yang utuh.
Frasa "Biarlah Engkau membuat kami bersukacita kembali" menunjukkan kerinduan yang mendalam akan kebahagiaan dan kedamaian yang hanya bisa datang dari hadirat Tuhan. Murka Tuhan, meskipun nyata dan seringkali menjadi akibat dari dosa dan pemberontakan, bukanlah tujuan akhir-Nya. Sebaliknya, Ia adalah Tuhan yang berbelas kasihan dan penuh kasih setia. Pemulihan yang diminta adalah pemulihan total, bukan hanya dari situasi eksternal, tetapi juga dari keadaan hati. Keriangan yang dimaksud di sini bukan sekadar kegembiraan semu, melainkan kebahagiaan yang berakar pada hubungan yang dipulihkan dengan Sang Pencipta.
Bagian kedua dari ayat ini, "sehingga kami tidak akan berbalik dari pada-Mu lagi," menyingkapkan pemahaman yang dalam tentang sifat manusia dan kebutuhan akan kekuatan ilahi untuk tetap teguh dalam iman. Pemazmur menyadari bahwa tanpa intervensi dan penopangan dari Tuhan, mereka akan terus jatuh kembali ke dalam dosa dan kesesatan. Permohonan ini adalah pengakuan akan kelemahan diri dan ketergantungan total pada anugerah Tuhan. Ini adalah doa agar pemulihan yang diberikan tidak hanya bersifat sementara, tetapi menghasilkan perubahan hati yang permanen, sebuah komitmen baru untuk hidup setia kepada Tuhan.
Dalam kehidupan modern, ayat ini masih relevan. Kita semua dapat mengalami momen-momen ketika kita merasa jauh dari Tuhan, entah karena kesalahan pribadi, kesulitan hidup, atau kekeringan rohani. Mazmur 80:6 mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah sumber sukacita dan pemulihan kita. Ketika kita mengakui kelemahan kita dan berbalik kepada-Nya dengan tulus, Ia berjanji untuk memulihkan hubungan kita, memberikan sukacita yang baru, dan menguatkan kita untuk tetap berjalan di jalan-Nya. Ini adalah janji harapan yang membentang melintasi zaman, menenangkan hati yang gelisah dan memberikan kekuatan untuk terus berjuang dalam iman.