Mazmur 89:40 - Janji Allah yang Setia

"Engkau telah membatalkan perjanjian dengan hamba-Mu, Kautarcemari mahkotanya di tanah."

Ayat Mazmur 89:40 seringkali terasa getir dan menyakitkan ketika dibaca, terutama dalam konteks sejarah Israel yang mengalami kehancuran dan pembuangan. Ayat ini menggambarkan kesedihan mendalam atas apa yang tampaknya menjadi pelanggaran janji Allah kepada keturunan Daud. Perjanjian kekal yang Allah buat dengan Daud adalah janji tentang seorang raja yang akan memerintah selamanya, yang takhta keturunannya akan kokoh untuk selama-lamanya. Namun, ayat ini seolah-olah menyatakan bahwa perjanjian tersebut telah dibatalkan, dan mahkota yang melambangkan kekuasaan serta kemuliaan keturunan Daud telah tercemar di hadapan mata dunia.

Dalam narasi kitab Mazmur, ayat ini muncul sebagai bagian dari ratapan yang panjang, di mana pemazmur meratapi kejatuhan kerajaan Yehuda, kehancuran Yerusalem, dan pembuangan umat Allah. Pertanyaannya kemudian muncul: bagaimana mungkin Allah yang Mahakuasa dan setia, yang telah berjanji, kini membiarkan umat-Nya jatuh sedemikian rupa? Kehancuran Bait Allah dan kerajaan, serta terputusnya garis keturunan Daud dari takhta, menimbulkan keraguan yang mendalam tentang kesetiaan janji Allah.

Namun, pemahaman yang utuh dari Mazmur 89 tidak berhenti pada ayat ini saja. Penting untuk membaca ayat ini dalam konteks keseluruhan pasal. Setelah menggambarkan kepedihan dan pertanyaan yang muncul akibat situasi yang mengerikan, Mazmur 89 berlanjut ke bagian yang lebih menguatkan. Sang pemazmur, meskipun terluka dan bingung, tidak kehilangan harapan sepenuhnya. Ia kembali mengingatkan diri pada kesetiaan Allah yang abadi, bahkan ketika umat-Nya berdosa dan layak menerima hukuman. Ayat-ayat selanjutnya dalam Mazmur 89 menegaskan bahwa meskipun ada konsekuensi dari ketidaktaatan, kasih setia Allah tidak akan pernah dicabut sepenuhnya.

Ayat 40 ini, meskipun gelap, sebenarnya adalah batu loncatan untuk memperdalam pemahaman kita tentang sifat Allah yang berdaulat namun tetap penuh kasih. Kejatuhan keturunan Daud tidak berarti akhir dari rencana Allah. Sebaliknya, ini adalah pengantar menuju realisasi janji Allah yang lebih besar, yaitu kedatangan Mesias sejati, Yesus Kristus. Yesus adalah keturunan Daud yang sesungguhnya, yang mendirikan Kerajaan yang kekal, yang takhtanya tidak akan pernah tergoyahkan dan kasih setianya tidak akan pernah berakhir. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah puncak dari janji Allah, yang memulihkan dan menguduskan umat-Nya, serta memberikan harapan yang jauh melampaui kenyataan duniawi.

Jadi, ketika kita merenungkan Mazmur 89:40, kita diajak untuk melihat melampaui penderitaan dan kebingungan sesaat. Kita diingatkan bahwa rencana Allah seringkali berjalan di luar pemahaman manusia. Ketercemaran mahkota Daud di tanah pada akhirnya akan digantikan oleh mahkota kemuliaan yang tak terhapuskan bagi semua yang percaya kepada-Nya melalui Yesus Kristus. Ini adalah bukti nyata dari kesetiaan Allah yang kekal, yang bahkan di tengah kesulitan terburuk pun, Dia tetap memegang kendali dan mewujudkan janji-Nya dengan cara yang paling mulia.