"Mereka tiba di Frigia dan Galatia dan dilarang oleh Roh Kudus untuk memberitakan firman di Asia Kecil."
Kisah para rasul pasal 16 ayat 7 adalah sebuah titik balik penting dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus dan Silas. Ayat ini memberikan gambaran singkat namun mendalam mengenai campur tangan ilahi yang mengarahkan langkah para hamba Tuhan. Perjalanan mereka yang telah direncanakan dan dipersiapkan, tampaknya harus mengalami penyesuaian yang signifikan akibat bimbingan Roh Kudus.
Paulus, Silas, dan Timotius, setelah melintasi wilayah Frigia dan Galatia, berniat untuk melanjutkan pelayanan mereka ke provinsi Asia Kecil yang ramai dan berpenduduk padat. Asia Kecil pada masa itu merupakan pusat peradaban dan perdagangan yang strategis, menawarkan peluang luas untuk penyebaran Injil. Bayangkan antusiasme dan harapan mereka untuk menjangkau banyak jiwa di kota-kota besar seperti Efesus, Smirna, dan Pergamon. Misi mereka tampaknya telah dirancang dengan matang, memperhitungkan potensi yang ada.
Namun, Roh Kudus memiliki rencana yang berbeda. Ayat tersebut dengan tegas menyatakan, "dilarang oleh Roh Kudus untuk memberitakan firman di Asia Kecil." Kata "dilarang" (Yunani: kwluqh, kwlythē) menunjukkan sebuah pengekangan yang aktif dan pasti. Ini bukanlah sebuah hambatan eksternal biasa, melainkan sebuah intervensi langsung dari Roh Kudus, Pribadi Ketiga dalam Tritunggal, yang memegang kendali penuh atas pekerjaan misi ini. Pelarangan ini tentu menimbulkan pertanyaan di benak para rasul: mengapa mereka tidak diizinkan ke sana? Apakah ada dosa yang tersembunyi? Ataukah ada bahaya yang belum terlihat?
Kisah ini mengajarkan kita bahwa rencana manusia, sehebat apa pun, harus tunduk pada kehendak Tuhan. Para rasul, meskipun memiliki semangat yang membara dan pemahaman teologis yang dalam, tidak memaksakan kehendak mereka. Mereka menghormati dan mengikuti arahan Roh Kudus. Penolakan untuk berkhotbah di Asia Kecil bukanlah sebuah kegagalan, melainkan sebuah penyesuaian arah yang vital. Tuhan seringkali menutup satu pintu agar kita dapat melihat dan memasuki pintu lain yang telah Ia persiapkan.
Apa yang terjadi setelah larangan ini? Alkitab melanjutkan kisah mereka dengan menyebutkan bahwa mereka kemudian mencoba pergi ke Bitinia, namun lagi-lagi "Roh Yesus tidak mengizinkan mereka" (ayat 7b, meskipun kadang diterjemahkan berbeda). Penolakan berulang ini akhirnya membawa mereka ke Troas. Di Troas, Paulus mendapatkan penglihatan tentang seorang Makedonia yang memohon, "Datanglah ke Makedonia dan tolonglah kami" (ayat 9). Penglihatan ini menjadi petunjuk yang jelas mengenai arah pelayanan berikutnya, yaitu ke Eropa.
Jadi, larangan di Asia Kecil, yang mungkin terasa seperti sebuah kekecewaan atau kemunduran pada awalnya, ternyata adalah langkah penting yang membawa Injil ke benua Eropa untuk pertama kalinya. Kisah Rasul 16:7 menunjukkan betapa pentingnya kepekaan terhadap tuntunan Roh Kudus. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga mungkin memiliki rencana dan aspirasi. Namun, seperti Paulus dan Silas, kita dipanggil untuk bersedia menyesuaikan arah ketika Roh Kudus menunjukkan jalan yang lain. Terkadang, larangan dan hambatan justru merupakan sarana Tuhan untuk mengalihkan kita ke ladang pelayanan yang lebih besar dan sesuai dengan kehendak-Nya. Mari kita senantiasa membuka hati dan telinga untuk mendengar suara-Nya, karena rencana-Nya selalu yang terbaik, bahkan ketika tidak sesuai dengan perkiraan kita.