"Karena itu, hai rumah Yakub, marilah kita berjalan dalam terang TUHAN!"
Kitab Mikha, salah satu nabi kecil dalam Perjanjian Lama, menyampaikan pesan yang kuat dan relevan, bahkan hingga kini. Ayat 1:15 dari kitab ini, meskipun singkat, membawa makna yang mendalam tentang anugerah dan panggilan ilahi. Pesan ini datang pada saat bangsa Israel menghadapi masa-masa sulit, penuh dengan kesalahan dan ketidaktaatan. Namun, di tengah bayang-bayang murka dan penghakiman ilahi, Mikha menyampaikan seruan yang penuh harapan, sebuah undangan untuk kembali kepada Terang.
Seruan "marilah kita berjalan dalam terang TUHAN!" bukanlah sekadar ajakan pasif. Ini adalah panggilan aktif untuk bergerak, untuk mengambil langkah nyata dalam kepatuhan dan kepercayaan kepada Allah. "Terang TUHAN" di sini melambangkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan ilahi. Ketika kita berjalan dalam terang-Nya, kita meninggalkan kegelapan dosa dan ketidakpastian. Kita menemukan arah yang benar, pemahaman yang jernih, dan kedamaian sejati.
Bagian awal dari pasal 1 kitab Mikha menggambarkan dengan gamblang kehancuran dan penghukuman yang akan menimpa Samaria dan Yerusalem sebagai akibat dari dosa dan kemurtadan mereka. Gambaran kehancuran ini begitu nyata, menggambarkan malapetaka yang datang dari Allah sebagai respons terhadap ketidaksetiaan umat-Nya. Ayat-ayat sebelumnya melukiskan gambaran yang suram, menyoroti pelanggaran hukum, penindasan terhadap yang lemah, dan penyembahan berhala. Konsekuensi dari perbuatan tersebut tidak dapat dihindari, dan Allah, dalam keadilan-Nya, harus menghukumnya.
Namun, di sinilah keindahan janji dan belas kasihan Allah terlihat. Setelah menggambarkan murka-Nya yang adil, Mikha tidak berhenti pada gambaran kehancuran. Melalui ayat 1:15, ada jeda yang penuh anugerah. Ini adalah kesempatan untuk refleksi dan perubahan. Seruan ini menyiratkan bahwa meskipun jalan yang telah dilalui penuh dengan kegelapan, selalu ada kesempatan untuk kembali kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang diterangi oleh kehadiran dan kehendak Tuhan.
"Rumah Yakub" merujuk pada seluruh keturunan Israel, baik utara maupun selatan. Panggilan ini bersifat kolektif, menunjukkan bahwa seluruh umat Allah dipanggil untuk merespons. Ini adalah pengingat bahwa iman bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga memiliki dimensi komunal. Ketika kita berjalan bersama dalam terang Tuhan, kita saling menguatkan dan mendukung.
Memilih untuk berjalan dalam terang Tuhan berarti menolak kegelapan kesalahan dan kesesatan. Ini berarti mencari kebenaran-Nya, mengikuti perintah-Nya, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai-Nya. Dalam konteks Mikha, ini juga berarti meninggalkan praktik-praktik yang membawa kehancuran dan kembali kepada kesetiaan kepada Allah yang satu-satunya. Janji ini bukan hanya tentang menghindari hukuman, tetapi tentang memasuki kehidupan yang lebih penuh, lebih bermakna, dan dipenuhi dengan berkat-berkat ilahi.
Oleh karena itu, pesan Mikha 1:15 tetap relevan. Dalam kehidupan modern yang seringkali penuh dengan kerumitan dan godaan, kita juga dipanggil untuk berjalan dalam terang Tuhan. Ini adalah undangan untuk senantiasa memeriksa hati dan tindakan kita, dan jika kita tersesat, untuk kembali kepada-Nya dengan penyesalan dan kerinduan yang tulus. Dengan berjalan dalam terang-Nya, kita menemukan harapan sejati, pemulihan, dan kedamaian yang mendalam.