Mikha 3:6

"Demikianlah firman TUHAN mengenai nabi-nabi yang menyesatkan bangsaku, yang menggembar-gemborkan damai kalau mereka mendapat makanan, tetapi mengancam orang yang tidak memberi mereka apa-apa."

Ayat Mikha 3:6 membawa peringatan yang tegas tentang para pemimpin rohani yang menyimpang dari kebenaran. Kata-kata ini bukanlah sekadar nasihat, melainkan sebuah teguran keras terhadap mereka yang menggunakan posisi mereka untuk keuntungan pribadi, mengaburkan kebenaran firman Tuhan demi kenyamanan duniawi. Mereka yang seharusnya menjadi gembala yang menjaga kawanan, malah menjadi serigala yang memangsa, hanya peduli pada perut yang terisi dan imbalan yang diterima.

Fokus pada "menggembar-gemborkan damai kalau mereka mendapat makanan" menunjukkan sifat oportunistik dari para nabi palsu ini. Mereka berbicara tentang kebaikan dan kebahagiaan hanya ketika ada keuntungan materi yang bisa diraih. Ketika kebutuhan mereka terpenuhi, mulut mereka penuh dengan kata-kata manis yang meninabobokan umat. Namun, ironisnya, ketika seseorang tidak memberikan "sesuatu" kepada mereka, sikap mereka berubah drastis. Ancaman dan kutukan keluar dari mulut mereka, sebuah bukti bahwa ajaran mereka tidak berasal dari Sumber yang murni, melainkan dari keinginan pribadi yang dangkal.

Peringatan ini sangat relevan di setiap zaman. Umat percaya dipanggil untuk selalu waspada terhadap ajaran yang hanya mengutamakan kesenangan sesaat atau keuntungan materi. Kebenaran firman Tuhan seringkali menantang, memanggil kita untuk bertobat dan berubah, bukan sekadar memberikan kenyamanan semu. Alkitab mengingatkan kita untuk menguji segala sesuatu (1 Tesalonika 5:21), memastikan bahwa apa yang diajarkan sejalan dengan karakter dan kehendak Tuhan yang sejati.

Perintah dalam Mikha 3:6 seharusnya menjadi pengingat bagi setiap pengkhotbah, guru, dan pemimpin rohani untuk senantiasa hidup dalam integritas dan kejujuran. Penting untuk diingat bahwa pelayanan adalah panggilan untuk melayani Tuhan dan sesama, bukan untuk memperkaya diri sendiri. Keaslian dan ketulusan dalam menyampaikan firman Tuhan akan menghasilkan buah yang langgeng, bukan sekadar kepuasan sesaat. Dunia membutuhkan suara kebenaran yang teguh, bukan sekadar gema kesenangan yang menipu. Mari kita renungkan bagaimana kita menanggapi firman ini dalam kehidupan pribadi dan komunitas kita.