Kitab Mikha, salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama, sering kali berbicara tentang penghukuman dan panggilan untuk pertobatan. Namun, di tengah-tengah peringatan tersebut, terselip janji-janji pengharapan yang mendalam. Mikha 7:15 adalah salah satu ayat yang bersinar terang, menunjuk pada tindakan luar biasa Allah yang menunjukkan kasih setia-Nya yang tak tergoyahkan kepada umat-Nya.
Ayat ini berbunyi, "Seperti pada waktu keluar dari tanah Mesir, Aku akan menunjukkan kepadanya keajaiban-keajaiban." Perkataan ini datang dari Tuhan sendiri, yang diucapkan melalui nabi Mikha kepada umat-Nya yang sedang mengalami kesulitan. Perbandingan dengan peristiwa Keluaran dari Mesir bukanlah sekadar nostalgia, melainkan sebuah pengingat kuat akan kuasa dan campur tangan ilahi yang pernah terjadi di masa lalu. Pengalaman bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir adalah momen fundamental dalam sejarah mereka, sebuah demonstrasi nyata dari kekuatan Allah yang mampu membelah laut, mendatangkan tulah, dan membebaskan umat-Nya dari penindasan yang kejam.
Ketika Tuhan berjanji untuk melakukan "keajaiban-keajaiban" lagi, Dia tidak hanya merujuk pada pengulangan peristiwa masa lalu secara harfiah. Lebih dari itu, Dia menyatakan bahwa Dia akan bertindak dengan cara yang sama luar biasanya untuk menyelamatkan dan memulihkan umat-Nya. Ini adalah janji tentang intervensi ilahi yang akan mengatasi rintangan yang tampaknya mustahil, membawa pembebasan dari situasi yang genting, dan menegaskan kembali hubungan perjanjian-Nya.
Bagi umat Mikha pada zamannya, janji ini memberikan harapan di tengah masa-masa sulit. Mereka mungkin sedang menghadapi penjajahan, kekeringan, atau kesulitan lainnya yang membuat mereka merasa ditinggalkan. Pernyataan ini adalah pengingat bahwa Tuhan tidak melupakan janji-janji-Nya, dan Dia memiliki kuasa untuk bertindak dengan cara yang akan mengejutkan dan mengagumkan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga memiliki makna teologis yang mendalam bagi orang percaya. Keajaiban terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah keselamatan umat manusia adalah kedatangan Yesus Kristus, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya. Melalui Kristus, kita mengalami "keluaran" rohani dari perbudakan dosa, sebagaimana Israel mengalami keluaran fisik dari Mesir. Kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya adalah tindakan kasih setia Allah yang paling luar biasa, yang membuka jalan bagi pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Jadi, Mikha 7:15 bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah janji yang hidup. Ia mengingatkan kita bahwa Allah kita adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Dia adalah Allah yang sama yang pernah menunjukkan kebesaran-Nya dalam memimpin umat-Nya keluar dari Mesir, dan Dia akan terus menunjukkan keajaiban-keajaiban dalam kehidupan kita saat ini. Ketika kita menghadapi tantangan, ketidakpastian, atau keputusasaan, kita dapat berpaut pada janji ini, mengetahui bahwa Dia mampu bertindak dengan cara yang akan memuliakan nama-Nya dan membawa pemulihan serta kemenangan bagi kita.