Mikha 7:2

"Semua orang saleh telah hilang dari negeri, dan tidak ada orang jujur di antara manusia; mereka sekalian menanti-nantikan pertumpahan darah, masing-masing memasang perangkap terhadap temannya."

Ayat Mikha 7:2 menggambarkan sebuah realitas yang suram, sebuah gambaran kelam tentang keadaan moral dan spiritual masyarakat pada zamannya. Nabi Mikha, yang dikenal dengan pesannya yang kuat tentang keadilan dan kesetiaan kepada Tuhan, menyampaikan firman yang tajam ini untuk menyoroti betapa dalamnya kerusakan yang telah merasuki masyarakat. "Semua orang saleh telah hilang dari negeri, dan tidak ada orang jujur di antara manusia," kata-kata ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah kesaksian tentang lenyapnya integritas dan kebajikan.

Di tengah masyarakat yang digambarkan demikian, nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan keadilan seolah-olah lenyap ditelan bumi. Kata "saleh" di sini merujuk pada mereka yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berintegritas, dan yang berusaha melakukan yang benar. Hilangnya mereka dari negeri menandakan bahwa mereka yang memiliki karakter mulia semakin sedikit, atau bahkan terpinggirkan. Keadaan ini diperparah dengan pernyataan selanjutnya, "dan tidak ada orang jujur di antara manusia." Ini menunjukkan bahwa sifat jujur, yang menjadi fondasi kepercayaan dan interaksi sosial yang sehat, telah terkikis habis.

Kondisi ini menciptakan lingkungan yang penuh kecurigaan dan permusuhan. Ayat tersebut melanjutkan dengan ungkapan yang sangat menyedihkan: "mereka sekalian menanti-nantikan pertumpahan darah, masing-masing memasang perangkap terhadap temannya." Ini adalah gambaran yang mengerikan dari sebuah masyarakat yang saling membenci dan berupaya menjatuhkan satu sama lain. "Pertumpahan darah" bisa diartikan sebagai keinginan untuk melihat kejatuhan orang lain, baik secara fisik, sosial, maupun spiritual. Masing-masing individu terperangkap dalam pikiran picik, hanya memikirkan cara untuk mengalahkan atau merugikan orang terdekatnya, bahkan teman sekalipun. Kepercayaan telah runtuh, digantikan oleh paranoia dan niat jahat.

Meskipun ayat ini menggambarkan kegelapan moral, ia juga menjadi sebuah panggilan untuk refleksi dan perubahan. Bagi orang percaya, ayat ini mengingatkan pentingnya untuk tetap teguh pada prinsip-prinsip ilahi, bahkan ketika lingkungan sekitar tampaknya telah menyimpang jauh. Ia mendorong kita untuk menjadi cahaya di tengah kegelapan, untuk menunjukkan kejujuran dan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan kita, dan untuk membangun kembali kepercayaan melalui tindakan yang tulus dan kasih. Di tengah dunia yang seringkali terasa dipenuhi perselisihan dan ketidakadilan, kesaksian Mikha 7:2 menjadi pengingat akan kerapuhan moral manusia dan kebutuhan mendesak akan anugerah dan pemulihan dari Tuhan. Pesan ini tetap relevan, mengajak kita untuk terus berjuang agar kesalehan dan kejujuran tidak hilang dari kehidupan kita dan dari komunitas kita.