Mikha 7:3

Tangan kedua belah pihak mereka kerjakan kejahatan; orang besar menuntut, dan hakim menerima, dan keduanya mengerjakan penipuan.

Simbol Keadilan dan Kepercayaan

Penyimpangan Keadilan dan Moral

Ayat Mikha 7:3 melukiskan gambaran yang suram tentang kondisi masyarakat pada zamannya. Nabi Mikha dengan tajam menyoroti bagaimana keadilan dan moralitas telah terkikis. Frasa "tangan kedua belah pihak mereka kerjakan kejahatan" menunjukkan bahwa kebobrokan moral tidak hanya terjadi pada satu pihak, melainkan melibatkan banyak orang, baik yang berkuasa maupun yang lemah. Ini adalah potret keputusasaan di mana norma-norma sosial dan etika telah dilanggar secara terang-terangan.

Pernyataan bahwa "orang besar menuntut, dan hakim menerima" menggambarkan praktik korupsi yang merajalela. Para pemegang kekuasaan, yang seharusnya menjadi penjaga keadilan dan penegak hukum, justru menjadi pelaku ketidakadilan. Mereka menggunakan posisi mereka untuk menuntut atau meminta imbalan yang tidak pantas, dan hakim, yang seharusnya bertindak adil, malah menerima suap atau imbalan tersebut. Ini menciptakan sistem di mana kebenaran dapat dibeli dan keadilan dapat dibengkokkan demi keuntungan pribadi.

Peran Pemimpin dan Dampaknya

Kondisi ini sangat merugikan rakyat kecil. Ketika pemimpin tidak lagi bertindak dengan integritas, maka tatanan masyarakat akan goyah. Korupsi dan ketidakadilan yang dilakukan oleh "orang besar" dan para hakim menciptakan ketidakpercayaan yang mendalam. Rakyat tidak lagi dapat berharap pada sistem peradilan untuk mendapatkan hak mereka atau perlindungan dari penindasan. Sebaliknya, mereka justru menjadi korban dari sistem yang korup itu sendiri.

Nabi Mikha tidak hanya mengkritik, tetapi juga menunjukkan akar masalahnya: hilangnya rasa takut akan Tuhan dan abainya nilai-nilai moral. Ketika manusia mengabaikan prinsip-prinsip kebaikan dan kejujuran, maka kebejatan akan merajalela. Ayat ini berfungsi sebagai peringatan keras bagi setiap generasi tentang pentingnya menjaga integritas, terutama bagi mereka yang memegang amanah kekuasaan. Keadilan yang sejati hanya dapat tegak jika didasari oleh prinsip moral yang kuat dan ketakutan akan Sang Pencipta.

Seruan untuk Perubahan dan Harapan

Meskipun gambaran yang disajikan dalam Mikha 7:3 sangat gelap, namun nubuat para nabi sering kali mengandung unsur harapan. Di tengah kegelapan ini, ada seruan implisit untuk pertobatan dan perubahan. Umat Tuhan dipanggil untuk menjauhi kejahatan dan kembali kepada jalan kebenaran. Kasih dan keadilan Allah adalah kekuatan yang mampu memulihkan, bahkan di tengah kerusakan yang paling parah sekalipun.

Konteks yang lebih luas dari kitab Mikha menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan kejahatan merajalela selamanya. Ada pengharapan akan pemulihan dan keadilan yang pada akhirnya akan ditegakkan. Ayat ini mengajarkan kita bahwa pentingnya integritas, keadilan, dan moralitas dalam setiap aspek kehidupan, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh dalam masyarakat. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk terus berjuang demi tegaknya kebenaran dan keadilan.