Nehemia 10:15

"dan Yehezkiel, Zuzah, Bukea, Hanan, Hamon, Malehkhi, Harim, dan Baal."

Kesepakatan & Ketaatan
Ilustrasi visual tentang kesepakatan dan ketaatan

Ayat Nehemia 10:15 mencatat salah satu nama dari daftar panjang para pemimpin Israel yang menandatangani perjanjian atau ketetapan yang dibuat di hadapan Allah. Ayat ini merupakan bagian dari bagian yang lebih besar, yaitu Nehemia pasal 10, yang menguraikan komitmen umat Allah untuk hidup sesuai dengan hukum Taurat Tuhan. Peristiwa ini terjadi setelah tembok Yerusalem selesai dibangun kembali di bawah kepemimpinan Nehemia. Umat dikumpulkan dan dipanggil untuk memperbaharui perjanjian mereka dengan Tuhan, sebuah tindakan yang menunjukkan kerinduan mereka untuk kembali kepada ketaatan yang teguh setelah bertahun-tahun ketidakpatuhan dan pembuangan.

Daftar nama-nama yang terdapat dalam Nehemia 10, termasuk nama Yehezkiel, Zuzah, Bukea, Hanan, Hamon, Malehkhi, Harim, dan Baal yang disebut dalam ayat 15, bukanlah sekadar daftar genealogi biasa. Setiap nama mewakili sebuah keluarga, sebuah marga, atau sebuah kelompok penting dalam komunitas Israel. Dengan ditandatanganinya perjanjian ini, mereka secara kolektif menyatakan kesediaan mereka untuk hidup di bawah otoritas Tuhan dan mengikuti segala perintah-Nya. Ini adalah momen krusial dalam sejarah pemulihan Israel, sebuah penegasan kembali identitas mereka sebagai umat perjanjian Tuhan.

Fokus pada ketaatan ini mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti menjauhi perkawinan campuran dengan bangsa-bangsa asing, menghormati hari Sabat, dan yang terpenting, memberikan persembahan dan persepuluhan untuk menopang pelayanan di Bait Suci. Ayat 15, meskipun hanya menyebutkan nama-nama, melambangkan partisipasi dan persetujuan dari para pemimpin ini terhadap seluruh rangkaian komitmen yang tertulis dalam perjanjian tersebut. Mereka bertanggung jawab untuk memimpin umat mereka dalam ketaatan, memastikan bahwa generasi mendatang juga akan mengenal dan menghormati Tuhan.

Pentingnya ayat ini terletak pada fungsinya sebagai pengingat akan janji dan tanggung jawab yang diemban oleh umat Allah. Perjanjian yang mereka buat bukan hanya sekadar dokumen, melainkan sebuah ekspresi hati yang tulus untuk kembali kepada Tuhan dan mengabdikan diri pada kehendak-Nya. Nama-nama yang tercantum adalah saksi bisu dari momen bersejarah ini, sebuah bukti bahwa para pemimpin Israel pada masa itu menyadari pentingnya ketaatan sebagai fondasi spiritual dan nasional mereka. Komitmen ini memberikan harapan bagi pemulihan dan kelangsungan hidup umat Allah di tanah perjanjian mereka.