"Dan untuk mempersembahkan buah sulung dari tanah kami dan segala macam buah dari segala pohon, tahun demi tahun, ke rumah TUHAN."
Ilustrasi Panen yang Melimpah
Firman Tuhan dalam Kitab Nehemia pasal 10, ayat 3, berbicara tentang sebuah janji yang dibuat oleh bangsa Israel setelah mereka kembali dari pembuangan di Babel. Janji ini bukan sekadar ungkapan sesaat, melainkan sebuah komitmen mendalam untuk hidup sesuai dengan hukum dan kehendak Allah.
Ayat ini secara spesifik menyatakan, "Dan untuk mempersembahkan buah sulung dari tanah kami dan segala macam buah dari segala pohon, tahun demi tahun, ke rumah TUHAN." Perhatikan dua hal penting di sini: buah sulung dan segala macam buah. "Buah sulung" merujuk pada persembahan pertama dari hasil panen. Ini adalah bentuk pengakuan dan penghormatan tertinggi kepada Allah sebagai sumber segala berkat. Bangsa Israel diajarkan untuk tidak menyimpan yang terbaik untuk diri mereka sendiri, tetapi terlebih dahulu memberikan yang terbaik kepada Tuhan.
Selanjutnya, penyebutan "segala macam buah dari segala pohon" menegaskan bahwa persembahan ini mencakup seluruh hasil bumi. Tidak ada satu pun hasil panen yang dianggap terlalu kecil atau tidak penting untuk dipersembahkan kepada Allah. Ini menunjukkan ketaatan yang menyeluruh dan tanpa pilih kasih. Mereka menyadari bahwa setiap helaan napas dan setiap hasil kerja mereka adalah anugerah dari Sang Pencipta.
Frasa "tahun demi tahun" menggarisbawahi sifat komitmen yang berkelanjutan dan konsisten. Ini bukan tindakan sporadis yang dilakukan sekali waktu, tetapi sebuah praktik ibadah yang teratur dan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Ketaatan yang konsisten inilah yang membedakan umat Allah yang benar. Mereka tidak hanya mengikuti jalan Tuhan ketika mudah, tetapi juga ketika menghadapi tantangan, menjaga hubungan mereka dengan Allah tetap kuat dari waktu ke waktu.
Janji ini diucapkan dalam konteks pembaruan perjanjian setelah Nehemia memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem. Bangsa Israel pada waktu itu sedang berada dalam kondisi yang rentan, namun mereka bangkit dan membuat perjanjian untuk menaati Taurat Allah. Persembahan buah sulung dan hasil panen lainnya ke rumah TUHAN adalah wujud nyata dari iman mereka dan keyakinan bahwa Allah adalah pemelihara mereka. Ini adalah tindakan iman yang mengundang berkat dan perlindungan ilahi.
Dalam konteks kehidupan modern, prinsip ini tetap relevan. Persembahan buah sulung dan segala macam buah dapat diartikan sebagai tindakan memberikan waktu, talenta, harta, dan segenap hidup kita kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur dan pengakuan atas segala kebaikan-Nya. Ini berarti menempatkan Tuhan di atas segalanya, mengutamakan kehendak-Nya, dan menggunakan berkat yang telah diberikan untuk kemuliaan-Nya. Komitmen untuk memberikan "tahun demi tahun" mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan yang intim dan konsisten dengan Tuhan melalui doa, pembacaan firman, persekutuan, dan pelayanan.
Janji Nehemia 10:3 mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan yang sukarela, pengakuan akan kedaulatan Allah, dan komitmen yang berkelanjutan dalam hidup beriman. Dengan mempersembahkan yang terbaik dari apa yang kita miliki, kita meneguhkan iman kita kepada Allah sebagai sumber segala berkat dan memelihara hubungan yang hidup dengan-Nya. Mari kita refleksikan prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari, memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak-Nya, dengan hati yang penuh syukur dan sukacita.