"Dan TUHAN membangkitkan hakim-hakim; mereka menyelamatkan bangsa itu dari tangan orang-orang yang merampok mereka."
Simbol Penjaga dan Keadilan
Kitab Hakim-hakim dalam Alkitab mencatat sebuah periode penting dalam sejarah bangsa Israel setelah mereka memasuki Tanah Perjanjian. Periode ini ditandai dengan siklus berulang: bangsa Israel berdosa kepada Tuhan, Tuhan mengizinkan bangsa lain menindas mereka, lalu bangsa Israel berseru kepada Tuhan, dan akhirnya Tuhan membangkitkan seorang hakim untuk menyelamatkan mereka. Ayat 16 dari pasal kedua memberikan ringkasan yang kuat tentang peran para hakim ini.
Pernyataan "Dan TUHAN membangkitkan hakim-hakim" bukan hanya sekadar deskripsi peristiwa, tetapi juga merupakan pengingat akan kedaulatan Tuhan. Tuhan bukan hanya pengamat pasif terhadap sejarah manusia, tetapi Dia secara aktif terlibat. Ketika umat-Nya jatuh ke dalam dosa dan menghadapi konsekuensi yang mengerikan, Tuhan tidak meninggalkan mereka. Sebaliknya, Dia bertindak dengan belas kasihan dengan mempersiapkan penyelamat.
Para hakim yang dibangkitkan oleh Tuhan bukanlah pahlawan super yang muncul dari kehampaan. Mereka adalah individu-individu yang dipilih Tuhan, seringkali dengan latar belakang yang tidak biasa atau bahkan cacat moral. Namun, ketika Tuhan memilih mereka dan memberikan kuasa serta hikmat-Nya, mereka mampu menjadi instrumen pembebasan yang luar biasa. Mereka adalah bukti bahwa kekuatan sejati datang dari Tuhan, bukan dari kehebatan manusia semata.
Fungsi utama para hakim ini adalah untuk "menyelamatkan bangsa itu dari tangan orang-orang yang merampok mereka." Penindas yang dimaksud datang dalam berbagai bentuk, seperti bangsa Filistin, Moab, Amon, dan lain-lain. Bangsa Israel seringkali diperbudak, dirampok hasil bumi mereka, dan diintimidasi. Situasi ini menciptakan penderitaan dan keputusasaan yang mendalam.
Para hakim, seperti Otniel, Ehud, Debora, Gideon, dan Simson, memimpin bangsa Israel dalam peperangan, memberikan arahan hukum, dan menginspirasi mereka untuk kembali kepada Tuhan. Kemenangan yang mereka raih bukanlah hasil dari strategi militer yang canggih semata, tetapi lebih karena kehadiran dan kekuatan Tuhan yang bekerja melalui mereka. Ketaatan mereka kepada perintah Tuhan, meskipun terkadang dengan keraguan, menjadi kunci keberhasilan.
Kisah para hakim, dan secara khusus ayat 2:16, mengajarkan kita pelajaran yang mendalam tentang sifat manusia dan kesetiaan Tuhan. Manusia cenderung berulang kali jatuh ke dalam dosa dan kesia-siaan spiritual. Tanpa campur tangan ilahi, kita akan terus menerus terjerat dalam lingkaran kehancuran.
Namun, di sisi lain, kisah ini juga merupakan janji keberlangsungan. Tuhan tidak pernah menyerah pada umat-Nya. Dia selalu menyediakan jalan keluar, bahkan ketika kita merasa tidak ada harapan. Mempelajari tentang hakim-hakim mengingatkan kita akan kasih karunia Tuhan yang berkelanjutan dan panggilan-Nya bagi kita untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya, agar kita tidak perlu terus menerus merasakan pahitnya penindasan akibat dosa-dosa kita.
Kisah Hakim-hakim 2:16 adalah pengingat abadi bahwa dalam segala kesulitan, Tuhan adalah sumber penyelamat kita. Dia memiliki rencana dan Dia akan melaksanakan-Nya, bahkan melalui individu-individu yang Dia pilih untuk menggenapi kehendak-Nya.