Ilustrasi: Simbol persembahan dan kelimpahan.
Ayat Nehemia 10:37 merupakan bagian penting dari perjanjian yang dibuat oleh bangsa Israel setelah kembali dari pembuangan di Babel. Perjanjian ini mencakup janji-janji untuk mematuhi hukum Tuhan dan mengembalikan praktik-praktik ibadah yang benar. Ayat spesifik ini menekankan kewajiban umat untuk memberikan persembahan dari hasil panen mereka, baik yang pertama maupun persepuluhan, kepada para imam dan orang Lewi. Ini bukan sekadar kewajiban finansial, melainkan sebuah manifestasi dari ketaatan, rasa syukur, dan pengakuan bahwa segala berkat berasal dari Tuhan.
Secara rinci, ayat ini membagi persembahan menjadi dua kategori utama. Pertama, "persembahan hasil pertama dari tepung kami, dan dari hasil pohon zaitun kami, dari anggur kami dan minyak kami untuk para imam, ke bilik-bilik rumah Allah kami." Ini merujuk pada persembahan sulung atau hasil panen terbaik yang diberikan kepada para imam yang bertugas di Bait Allah. Tujuannya adalah untuk menopang kehidupan para pelayan Tuhan yang didedikasikan sepenuhnya untuk pelayanan rohani. Pemberian hasil pertama ini juga merupakan bentuk pengakuan bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat, dan umat bersyukur atas kelimpahan yang diberikan-Nya.
Kedua, "persepuluhan dari tanah kami untuk orang Lewi. Orang Lewi akan memungut persepuluhan di segala kota tempat kami bercocok tanam." Persepuluhan adalah bagian kesepuluh dari seluruh hasil bumi yang harus diserahkan. Dalam konteks ini, persepuluhan diperuntukkan bagi suku Lewi, yang tidak memiliki tanah warisan seperti suku-suku Israel lainnya. Tugas suku Lewi adalah membantu para imam dalam pelayanan di Bait Allah, serta mengajarkan hukum Tuhan kepada umat. Dengan memberikan persepuluhan, umat Israel turut serta dalam pemeliharaan sistem ibadah dan pendidikan rohani mereka. Ayat ini juga menegaskan bahwa pengumpulan persepuluhan ini dilakukan di berbagai lokasi, menunjukkan jangkauan dan komitmen yang luas dari seluruh bangsa.
Dalam konteks kekinian, prinsip di balik Nehemia 10:37 tetap relevan. Bagi umat beriman, memberikan persembahan, perpuluhan, atau bentuk dukungan lainnya kepada gereja dan pelayanannya adalah ekspresi ketaatan kepada Tuhan. Ini adalah cara untuk menopang pekerjaan Injil, mendukung pelayanan yang melayani kebutuhan rohani jemaat, dan memastikan bahwa firman Tuhan terus diajarkan dan disebarkan. Ini juga merupakan kesempatan untuk melatih hati yang murah hati, melepaskan diri dari keserakahan, dan mengutamakan Kerajaan Allah. Persembahan yang tulus, diberikan dengan sukacita dan rasa syukur, adalah cara untuk menghormati Tuhan dan mengakui bahwa Dia adalah Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu.