Nehemia 12:36

"dan bersama mereka ialah Sekharya, Yonatan, Zefanya, Malhiya, Helkiya, Eliada, Beaya dan Palti, semuanya itu para imam dengan suara nafiri."
🎶

Ayat Nehemia 12:36 ini memberikan gambaran sekilas tentang suasana pada saat perayaan pentahbisan tembok Yerusalem yang baru selesai dibangun. Ayat ini menyebutkan sekumpulan imam yang berperan penting dalam upacara tersebut, yang dipimpin oleh Sekharya dan diikuti oleh beberapa nama lain seperti Yonatan, Zefanya, Malhiya, Helkiya, Eliada, Beaya, dan Palti. Keistimewaan dari para imam ini adalah mereka adalah para imam yang dilengkapi dengan suara nafiri.

Nafiri adalah alat musik tiup yang memiliki suara khas, seringkali digunakan dalam konteks keagamaan dan seremonial. Keberadaan mereka bersama para imam menunjukkan bahwa ibadah dan pujian kepada Tuhan menjadi bagian integral dari perayaan tersebut. Ini bukan sekadar peristiwa politik atau pembangunan fisik semata, tetapi juga momen spiritual yang mendalam bagi umat Israel.

Peristiwa ini terjadi pada masa setelah pembuangan ke Babel, ketika bangsa Israel kembali ke tanah leluhur mereka dan membangun kembali Yerusalem. Tembok yang kokoh melambangkan keamanan dan perlindungan, namun rekonsiliasi dengan Tuhan melalui ibadah yang khidmatlah yang menjadi fondasi sejati kebangkitan mereka. Para imam dengan nafiri mereka mengiringi perjalanan umat dalam menyambut berkat dan pemulihan dari Tuhan.

Lebih dari sekadar daftar nama dan alat musik, ayat ini menyiratkan pentingnya kebersamaan dan harmoni dalam penyembahan. Duabelas suku Israel, diwakili oleh para pemimpin dan imamnya, berkumpul untuk menguduskan kembali kota dan Bait Allah. Bunyi nafiri, yang sering kali dikaitkan dengan panggilan berkumpul, seruan perang, atau tanda sukacita, di sini digunakan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan dan merayakan karya-Nya yang besar.

Nehemia 12:36 mengajarkan kita bahwa pujian kepada Tuhan sering kali melibatkan penggunaan anugerah yang Tuhan berikan, termasuk suara dan kemampuan bermusik. Ini adalah pengingat bahwa ibadah seharusnya dinamis dan penuh sukacita, menggunakan berbagai sarana untuk meninggikan nama Tuhan. Ketika kita merayakan karya penebusan dan pemulihan dalam hidup kita, seperti yang dilakukan umat Israel setelah membangun kembali tembok Yerusalem, kita pun dipanggil untuk menyambutnya dengan hati yang bersyukur dan suara yang bersukacita.

Dalam konteks yang lebih luas, kisah ini menegaskan bahwa pemulihan tidak hanya bersifat eksternal (tembok), tetapi juga internal (hati dan penyembahan). Kehadiran para imam dengan nafiri adalah simbol dari pemulihan hubungan umat dengan Tuhan. Ini adalah momen di mana masa lalu yang penuh kesedihan berganti dengan harapan baru yang dinyanyikan melalui pujian kepada Sang Pencipta.