"Sekarang, dengarlah nasihat-Ku, hai TUHAN, dan lihatlah apa yang telah dilakukan hamba-hamba-Mu ini!"
Ayat Nehemia 13:27 merupakan sebuah seruan doa yang sangat kuat dari Nehemia kepada Allah. Dalam konteks perikop ini, Nehemia sedang menghadapi sebuah masalah serius yang mengancam integritas bangsa Israel dan perjanjian mereka dengan Tuhan. Masalah tersebut berkaitan dengan praktik pernikahan campur dengan bangsa-bangsa asing dan pelanggaran hari Sabat serta persembahan bagi Tuhan yang telah diabaikan.
Setelah kembali dari perjalanannya, Nehemia menemukan bahwa umat Tuhan telah kembali kepada kesalahan-kesalahan lama mereka. Para imam dan pemimpin telah mengabaikan hukum Taurat, dan contoh buruk mereka diikuti oleh banyak orang. Penyelidikan Nehemia mengungkap bahwa anak-anak imam bahkan ada yang tidak bisa berbahasa Yehudi (bahasa nenek moyang mereka), sebuah tanda jelas dari pengaruh budaya asing yang merusak. Lebih parah lagi, ada yang mengizinkan orang asing untuk tinggal di pelataran Bait Suci dan bahkan mengabaikan persepuluhan yang seharusnya menopang para Lewi dan para hamba Tuhan lainnya.
Menghadapi kemerosotan spiritual dan moral yang begitu nyata ini, Nehemia tidak tinggal diam. Ia bertindak tegas. Ia memerintahkan agar para pelaku kesalahan dibersihkan dari umat. Ia mengembalikan tata tertib ibadah, memastikan bahwa persepuluhan dikumpulkan dengan benar, dan hari Sabat dijaga kesuciannya. Tindakan-tindakannya ini, meskipun mungkin terlihat keras bagi sebagian orang, merupakan wujud dari kepeduliannya yang mendalam terhadap perjanjian umat Israel dengan Allah dan kesucian mereka sebagai umat pilihan Tuhan.
Doa Nehemia di ayat 13:27 adalah puncak dari frustrasi dan kepeduliannya. Ia memanggil Tuhan untuk "mendengar nasihat-Nya" dan "melihat apa yang telah dilakukan hamba-hamba-Nya ini." Ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah permohonan kepada Allah agar Allah bertindak dan menegakkan keadilan-Nya. Nehemia mengakui bahwa masalah ini bukan hanya kegagalan umat, tetapi juga berkaitan dengan perjanjian yang telah dibuat mereka dengan Allah. Ia juga menyadari bahwa ia hanyalah seorang hamba, dan kekuatannya untuk memperbaiki keadaan berasal dari campur tangan ilahi.
Kisah Nehemia 13:27 mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kesetiaan pada perjanjian dengan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ilahi, sekecil apapun, dapat memiliki dampak yang luas dan merusak. Doa Nehemia menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa memeriksa diri, mengakui kesalahan, dan memohon pertolongan Tuhan untuk memulihkan hubungan kita dengan-Nya dan menjaga kemurnian iman kita. Nehemia menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif tidak hanya memerlukan tindakan tegas, tetapi juga doa yang tulus dan ketergantungan penuh pada Allah. Penting untuk tidak mengabaikan "nasihat" Tuhan yang terdapat dalam firman-Nya dan senantiasa "melihat" apa yang sedang terjadi dalam kehidupan rohani kita dan komunitas kita, agar kita dapat mengikuti jejak keteguhan iman Nehemia.