Kitab Nehemia mencatat kisah luar biasa tentang upaya pembangunan kembali tembok Yerusalem di bawah kepemimpinan Nehemia. Ayat 3:17 memberikan sorotan spesifik pada bagian pembangunan yang dilakukan oleh orang-orang Lewi dan kemudian dilanjutkan oleh Hizaya. Ayat ini mungkin terlihat seperti detail kecil, namun menyimpan makna yang dalam mengenai semangat kerja, tanggung jawab, dan persatuan yang menjadi kunci keberhasilan proyek raksasa ini.
Nehemia menghadapi situasi yang sangat menantang. Tembok Yerusalem telah lama runtuh, menyisakan kota dalam keadaan rentan dan terpinggirkan. Bangsa Israel, yang baru kembali dari pembuangan di Babel, membutuhkan simbol pemulihan dan keamanan. Pembangunan kembali tembok bukan sekadar proyek fisik, melainkan sebuah tindakan restorasi identitas dan martabat bangsa. Dalam konteks inilah, setiap bagian dari tembok yang dibangun menjadi sangat berharga.
Ayat 3:17 menyebutkan bahwa orang-orang Lewi, yang memiliki peran khusus dalam urusan keagamaan dan pelayanan di Bait Suci, turut ambil bagian dalam pembangunan fisik ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kelompok yang dikecualikan dari tugas pemulihan. Mereka, yang secara tradisional fokus pada aspek spiritual, kini menunjukkan dedikasi pada aspek praktis keamanan dan pertahanan kota. Hal ini mencerminkan prinsip bahwa pelayanan kepada Tuhan seringkali melampaui batas-batas tugas yang biasa, melibatkan pengorbanan dan kontribusi di berbagai bidang demi kebaikan bersama.
Selanjutnya, ayat tersebut menyoroti Hizaya, seorang tokoh dari Yebus, yang melanjutkan pekerjaan setelah orang-orang Lewi. Deskripsi "orang Yebus itu" mungkin merujuk pada latar belakang etnis atau asal geografisnya. Dalam tradisi Israel kuno, orang Yebus adalah penduduk asli Yerusalem yang dikalahkan oleh Daud. Namun, pada masa Nehemia, tampaknya ada inklusivitas yang lebih besar, di mana individu dari latar belakang yang beragam dapat berkontribusi pada pemulihan kota. Ini mengajarkan pentingnya pengampunan, rekonsiliasi, dan fokus pada tujuan bersama yang lebih besar daripada perbedaan masa lalu. Hizaya mengambil alih tanggung jawab, menunjukkan bahwa kelanjutan pekerjaan adalah hal yang krusial.
Semangat kerja sama yang terlukis dalam Nehemia 3:17 adalah pelajaran berharga bagi kita. Pembangunan kembali Yerusalem bukanlah hasil kerja satu orang atau satu kelompok saja, melainkan upaya kolektif. Setiap orang memiliki peran dan tanggung jawabnya, sekecil apapun itu. Ketika setiap individu bersedia berkontribusi dengan segenap hati dan kemampuan, proyek yang tampaknya mustahil pun dapat diselesaikan. Cerita ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap usaha pembangunan—baik fisik, sosial, maupun spiritual—penting untuk bekerja sama, saling mendukung, dan meneruskan tanggung jawab demi mencapai visi yang lebih besar.