Imamat 16:15

"Kemudian Harun harus menyembelih domba jantan itu sebagai korban penghapus dosa bagi umat itu, dan ia harus membawa darahnya masuk ke belakang tabir, ke dalam Ruang Mahakudus, untuk menyucikan mezbah dengan darahnya, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa."

Ayat Imamat 16:15 menggambarkan sebuah momen krusial dalam ritual Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) dalam tradisi Israel kuno. Ayat ini tidak hanya sekadar catatan sejarah tentang upacara keagamaan, tetapi juga menyimpan makna teologis yang mendalam, terutama terkait dengan konsep pengampunan dosa dan penyucian.

Di jantung ritual ini adalah domba jantan yang disembelih. Domba jantan ini diperuntukkan sebagai "korban penghapus dosa" (korban 'asham). Ini bukan sekadar persembahan biasa, melainkan sebuah tindakan simbolis yang menanggung kesalahan dan dosa umat. Darah dari domba jantan ini kemudian dibawa oleh Imam Besar, Harun, masuk ke dalam Ruang Mahakudus, sebuah tempat yang sangat sakral dan hanya bisa dimasuki sekali dalam setahun oleh Imam Besar pada hari tersebut.

Tindakan membawa darah ke Ruang Mahakudus adalah inti dari penyucian. Mezbah yang dimaksud di sini kemungkinan besar adalah mezbah pendamaian (Kapporet) yang berada di atas Tabut Perjanjian di Ruang Mahakudus. Darah tersebut dipercikkan sebagai penebusan, sebuah tindakan yang membersihkan tempat itu dari segala kekudusan yang ternoda oleh dosa manusia. Implikasi dari tindakan ini sangatlah besar: pengampunan dosa dan pemulihan hubungan antara Allah yang kudus dengan umat-Nya yang berdosa.

Makna Imamat 16:15 ini meluas hingga kepada pemahaman Kristen tentang Yesus Kristus. Dalam tradisi Kristen, Yesus sering digambarkan sebagai Imam Besar yang sempurna, yang melalui kematian-Nya di kayu salib, menjadi korban penghapus dosa terakhir dan paling sempurna bagi seluruh umat manusia. Darah-Nya yang tercurah bukan sekadar menyucikan mezbah fisik, tetapi menyucikan hati dan jiwa manusia dari dosa, membuka jalan bagi pengampunan kekal dan rekonsiliasi dengan Allah.

Perintah yang berbunyi "seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa" menekankan kedaulatan dan ketelitian Allah dalam menetapkan cara pengampunan dosa. Ini menunjukkan bahwa pengampunan bukanlah sesuatu yang bisa diciptakan manusia sesuka hati, melainkan sebuah anugerah yang diberikan sesuai dengan rancangan ilahi. Ritual dalam Imamat 16 ini menjadi bayangan atau gambaran dari penggenapan yang lebih besar dalam Kristus.

Oleh karena itu, Imamat 16:15 bukan hanya tentang tradisi kuno, tetapi sebuah fondasi teologis yang kuat tentang penebusan dosa. Ia mengingatkan kita akan keseriusan dosa, kekudusan Allah, dan betapa besar kasih-Nya yang menyediakan jalan bagi pengampunan dan rekonsiliasi melalui korban yang sempurna.

Simbol Penyucian dan Kesakralan

(Gambar ilustrasi simbol penyucian)

Pemahaman akan pentingnya ritual ini memberikan perspektif yang lebih dalam tentang anugerah pengampunan. Setiap elemen ritual, mulai dari pemilihan hewan korban hingga percikan darah, semuanya diarahkan untuk menunjukkan bahwa dosa harus dibayar dengan harga yang mahal, namun Allah sendiri yang menyediakan jalan keluar. Imamat 16:15, bersama dengan seluruh pasal 16, adalah kunci untuk memahami bagaimana Allah memandang dosa dan bagaimana Ia berinisiatif untuk memulihkan umat-Nya.