Nehemia 5:6 - Kehidupan yang Adil

"Ketika aku mendengar keluhan mereka dan membaca perkataan mereka itu, aku menjadi sangat marah."
A B C D !

Ayat Nehemia 5:6 mencatat momen kritis di mana Nehemia, setelah mendengar keluhan rakyatnya mengenai ketidakadilan yang mereka alami, menunjukkan reaksi yang kuat dan penuh amarah. Ini bukan sekadar emosi sesaat, melainkan cerminan dari rasa keadilan yang mendalam dan kepeduliannya terhadap kesejahteraan umat yang dipimpinnya.

Konteks Ketidakadilan

Pada masa itu, bangsa Yehuda yang kembali dari pembuangan di Babel menghadapi berbagai kesulitan. Kondisi ekonomi yang sulit membuat banyak orang terpaksa menggadaikan tanah mereka, bahkan anak-anak mereka sendiri, untuk mendapatkan makanan dan membayar pajak kepada penguasa Persia. Situasi ini diperparah oleh para bangsawan dan pejabat yang seharusnya melindungi rakyat, justru memanfaatkan keadaan untuk memperkaya diri. Mereka meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi dan menekan kaum miskin hingga terjerat utang yang tak terbayarkan.

Reaksi Nehemia: Kemarahan yang Saleh

Mendengar pengaduan yang begitu menyayat hati ini, kemarahan Nehemia menyala. Namun, kemarahannya bukanlah kemarahan yang sembrono atau penuh dendam pribadi. Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa kemarahannya timbul "ketika aku mendengar keluhan mereka dan membaca perkataan mereka itu." Ini menunjukkan bahwa kemarahannya adalah respons yang terstimulasi oleh penderitaan orang lain dan pengabaian prinsip-prinsip keadilan ilahi. Dalam tradisi alkitabiah, kemarahan Tuhan seringkali diungkapkan sebagai respons terhadap ketidakadilan dan dosa. Nehemia, sebagai pemimpin yang takut akan Tuhan, mencerminkan sifat ilahi ini.

Implikasi untuk Kehidupan Modern

Kisah Nehemia 5:6 mengajarkan kita pentingnya memiliki kepekaan terhadap ketidakadilan di sekitar kita. Kita dipanggil untuk tidak diam saja ketika melihat penderitaan orang lain, terutama mereka yang lemah dan tertindas. Kemarahan yang saleh seperti Nehemia seharusnya mendorong kita untuk bertindak, bukan untuk menghakimi sembarangan, tetapi untuk mencari solusi yang adil dan memulihkan martabat sesama.

Di era modern ini, bentuk ketidakadilan mungkin berbeda, namun esensinya tetap sama: kesenjangan ekonomi, eksploitasi, diskriminasi, dan segala bentuk penindasan. Sebagai individu, kita bisa menyuarakan kebenaran, mendukung kebijakan yang berkeadilan, dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Perasaan marah yang muncul dari kesadaran akan ketidakadilan bisa menjadi bahan bakar untuk perubahan positif, asalkan diarahkan dengan bijak dan didasari oleh kasih.

Nehemia tidak hanya marah, ia kemudian bertindak dengan tegas mengkonfrontasi para bangsawan dan pejabat, serta menuntut agar mereka mengembalikan apa yang telah mereka ambil. Kisah ini menjadi pengingat bahwa iman yang sejati harus tercermin dalam tindakan nyata yang membawa keadilan dan belas kasih bagi sesama.