Nehemia 6:11

"Tetapi aku berkata: ‘Adakah orang seperti aku ini yang masuk ke bait Allah demi keselamatan nyawa? Tidak! Aku tidak akan melakukan hal itu.’"

Kekuatan di Tengah Ancaman

Ayat Nehemia 6:11 mencatat respons tegas Nehemia ketika ia diancam oleh musuh-musuhnya. Dalam konteks pembangunan kembali tembok Yerusalem, Nehemia dan seluruh bangsa menghadapi berbagai macam rintangan, termasuk ejekan, ancaman, dan tipu daya. Para musuh, yang dipimpin oleh Sanbalat, Tobia, dan Gesyem, berusaha untuk menghentikan pekerjaan mereka dengan segala cara. Salah satu strategi mereka adalah mencoba menjebak Nehemia dengan mengundangnya ke pertemuan di salah satu desa di dataran Ono. Undangan ini bukanlah ajakan damai, melainkan sebuah jebakan yang dirancang untuk mencelakakan Nehemia.

Penting untuk dicatat bahwa undangan tersebut datang setelah para musuh menyadari bahwa usaha mereka untuk menakut-nakuti dan mengintimidasi melalui teriakan dan rumor tidak berhasil. Mereka kemudian mengubah taktik, mencoba menggiring Nehemia ke dalam situasi di mana ia dapat dituduh melakukan sesuatu yang salah atau bahkan diserang. Nehemia, seorang pemimpin yang bijak dan peka, segera menyadari niat jahat di balik undangan tersebut. Ia mengerti bahwa jika ia pergi, ia akan menempatkan dirinya dalam bahaya, baik secara fisik maupun secara reputasi.

Tindakan Iman dan Kebijaksanaan

Respon Nehemia sangat kuat dan lugas. Ia menolak undangan tersebut dengan alasan yang tidak bisa dibantah: "Adakah orang seperti aku ini yang masuk ke bait Allah demi keselamatan nyawa? Tidak! Aku tidak akan melakukan hal itu." Frasa "masuk ke bait Allah" menunjukkan bahwa para musuh mungkin mengusulkan pertemuan di suatu tempat yang, bagi Nehemia, akan dianggap tidak layak atau bahkan sakral, sehingga menggunakannya sebagai umpan. Namun, inti dari penolakan Nehemia bukanlah tentang lokasi spesifik, melainkan tentang ketidakpercayaannya terhadap niat mereka dan penolakannya untuk bermain sesuai dengan aturan mereka yang licik.

Nehemia menolak untuk berkompromi dengan prinsip-prinsipnya atau menempatkan dirinya dalam posisi yang rentan demi "keselamatan nyawa" dari ancaman yang dibuat-buat. Ia memprioritaskan kesetiaan kepada Tuhan dan tugas yang dipercayakan kepadanya di atas rasa takut atau keinginan untuk menghindari konflik. Ini adalah momen kunci yang menunjukkan keberanian dan integritasnya sebagai pemimpin. Nehemia tidak hanya membangun tembok fisik, tetapi juga tembok rohani dan moral bagi bangsanya. Ia menolak untuk dikelabui atau diintimidasi, menunjukkan bahwa iman yang teguh dapat menjadi benteng terkuat melawan segala bentuk penindasan.

Kisah Nehemia 6:11 memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Kita mungkin tidak menghadapi ancaman fisik seperti Nehemia, tetapi kita semua akan menghadapi tantangan, godaan, dan tekanan untuk berkompromi dengan nilai-nilai kita. Dalam menghadapi situasi yang mengancam integritas atau iman kita, kita dipanggil untuk meneladani keberanian Nehemia. Mengetahui kapan harus berkata 'tidak', menolak jebakan, dan tetap teguh pada panggilan kita, adalah bagian dari hidup yang bijaksana dan beriman. Kita perlu memiliki kebijaksanaan untuk melihat niat tersembunyi di balik tawaran atau ancaman, dan kekuatan untuk tetap setia pada jalan yang benar, bahkan ketika itu sulit. Keberanian untuk berdiri teguh, seperti yang ditunjukkan Nehemia, adalah kunci untuk mencapai tujuan ilahi yang telah ditetapkan bagi kita.

Simbol keteguhan dan kebijaksanaan.