Nehemia 9:34

"Dan sekarang, ya Allah kami, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang memelihara perjanjian dan kasih setia, janganlah kiranya Engkau memandang ringan segala kesusahan yang menimpa kami, raja-raja kami, para pemimpin kami, imam-imam kami, nabi-nabi kami, bapa-bapa kami dan seluruh umat-Mu, sejak waktu raja-raja Asyur, sampai hari ini."

Ayat Nehemia 9:34 ini merupakan pengakuan iman yang mendalam dari bangsa Israel dalam doa mereka yang panjang. Setelah mendengarkan pembacaan Taurat dan merenungkan sejarah panjang perjalanan iman mereka bersama Allah, mereka mengungkapkan rasa syukur sekaligus kerendahan hati di hadapan Yang Maha Kuasa. Ayat ini bukan sekadar pengulangan sejarah, melainkan sebuah pengakuan atas kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan di tengah ketidaksetiaan umat-Nya.

Dalam konteks Kitab Nehemia, bangsa Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel. Mereka telah membangun kembali tembok Yerusalem, sebuah pencapaian besar yang dimungkinkan oleh pemeliharaan dan pertolongan Allah. Namun, doa di pasal 9 ini menunjukkan bahwa pembangunan fisik hanyalah permulaan. Hati mereka perlu dibangun kembali, menyadari kembali akan perjanjian yang telah Allah buat dengan nenek moyang mereka.

Perkataan "Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang memelihara perjanjian dan kasih setia" adalah deskripsi yang penuh kuasa. Ini bukan hanya atribut Allah, tetapi juga pengakuan atas dasar hubungan mereka dengan-Nya. Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya, meskipun umat-Nya berulang kali melanggar perjanjian tersebut. Kasih setia-Nya, yang sering diterjemahkan sebagai hesed dalam bahasa Ibrani, mencakup makna kesetiaan yang tak kenal lelah, cinta yang mendalam, dan kebaikan yang berkelanjutan.

Bagian selanjutnya, "janganlah kiranya Engkau memandang ringan segala kesusahan yang menimpa kami...", menunjukkan kerendahan hati mereka. Mereka mengakui bahwa kesusahan yang mereka alami—baik di masa lalu maupun saat ini—adalah akibat dari ketidaktaatan mereka. Namun, mereka memohon agar Allah tidak mengabaikan penderitaan mereka. Ini adalah permohonan agar Allah tetap melihat mereka dengan mata kasih setia-Nya, meskipun mereka layak menerima hukuman.

Penyebutan rentang waktu yang panjang, "sejak waktu raja-raja Asyur, sampai hari ini," menekankan betapa kronisnya dosa bangsa itu dan betapa panjangnya kesabaran Allah. Raja-raja Asyur mewakili kekuatan penindas yang telah membawa sebagian besar bangsa Israel ke dalam pembuangan. Sejak masa itu hingga era Nehemia, umat Allah telah melalui berbagai cobaan dan penderitaan. Di tengah semua itu, Allah tetap hadir dan memelihara mereka.

Nehemia 9:34 mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat sejarah perjanjian Allah dalam hidup kita. Ketika kita menghadapi kesulitan, adalah sebuah kekuatan untuk mengingat bahwa Allah yang sama yang telah setia kepada nenek moyang kita, juga setia kepada kita. Janji-Nya tidak berubah. Dia adalah Allah yang "memelihara perjanjian dan kasih setia". Pengakuan ini seharusnya menjadi sumber penghiburan, kekuatan, dan harapan di masa-masa sulit, mendorong kita untuk terus berharap pada kesetiaan-Nya yang abadi.

Renungan dari ayat ini adalah bahwa kesetiaan Allah adalah dasar yang kokoh bagi iman kita. Sekalipun dunia dan keadaan kita berubah, Dia tetap sama. Permohonan bangsa Israel agar Allah tidak memandang ringan kesusahan mereka adalah sebuah pengingat bahwa kita dapat datang kepada-Nya dengan segala kerendahan hati, mengakui kesalahan kita, namun tetap percaya pada kasih setia-Nya yang tak berkesudahan.