Nehemia 9:35

"Dan kini, bangsa kami yang besar ini, para raja, para pembesar, para imam, bangsa kami, menduduki negeri ini, tetapi mereka tidak beribadah kepada-Mu dan tidak menjauhkan diri dari kejahatan mereka; bahkan mereka hidup dalam kemakmuran di negeri itu, di tanah yang luas dan subur ini, dan mereka tidak menjauhkan diri dari kejahatan mereka."

Ayat Nehemia 9:35 ini hadir di tengah-tengah sebuah doa pengakuan dosa yang mendalam oleh bangsa Israel setelah kembali dari pembuangan di Babel. Doa ini merupakan refleksi atas perjalanan panjang umat Tuhan, mengakui ketidaksetiaan mereka dan kebaikan serta kesetiaan Tuhan yang tak terhingga. Bagian ini secara spesifik menyoroti sebuah ironi yang menyakitkan: meskipun Tuhan telah memberikan mereka negeri yang subur dan penuh kelimpahan, umat-Nya justru jatuh kembali ke dalam dosa dan ketidaktaatan.

Konteks Historis dan Spiritual

Setelah dihukum dan dibawa ke pembuangan karena dosa-dosa nenek moyang mereka, umat Tuhan mendapatkan kesempatan kedua. Mereka kembali ke tanah perjanjian, tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham dan keturunannya. Tuhan tidak hanya mengembalikan mereka secara fisik, tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk membangun kembali kehidupan spiritual dan jasmani mereka. Nehemia sendiri memimpin upaya pembangunan kembali tembok Yerusalem, yang menandakan pemulihan fisik dan keamanan. Namun, apa yang terjadi setelah kemakmuran jasmani itu?

Ayat ini mengungkapkan dengan gamblang bahwa kemakmuran yang diberikan Tuhan tidak serta-merta membawa umat-Nya kembali kepada kesetiaan. Sebaliknya, "bahkan mereka hidup dalam kemakmuran di negeri itu, di tanah yang luas dan subur ini, dan mereka tidak menjauhkan diri dari kejahatan mereka." Ini adalah peringatan yang kuat tentang bagaimana kemudahan dan kelimpahan dapat menjadi jebakan spiritual. Ketika kebutuhan dasar terpenuhi dan kenyamanan diraih, godaan untuk mengabaikan Tuhan dan kembali pada keinginan duniawi menjadi semakin besar. Bangsa ini, yang seharusnya belajar dari kesalahan masa lalu, malah tenggelam dalam kesuksesan duniawi tanpa diimbangi dengan kesalehan dan ketaatan kepada Tuhan.

Pelajaran untuk Masa Kini

Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah yang spesifik, pesannya tetap relevan hingga hari ini. Tantangan yang dihadapi umat Tuhan di masa Nehemia, yaitu kemakmuran yang mengarah pada kelalaian spiritual, adalah ujian yang sama yang seringkali kita hadapi. Dalam kehidupan modern yang serba mudah, dengan segala kenyamanan dan kesempatan yang tersedia, mudah bagi kita untuk merasa puas diri dan mengabaikan aspek spiritual kehidupan kita.

Ayat Nehemia 9:35 mengajarkan kita untuk tidak pernah berhenti bersyukur atas berkat-berkat Tuhan, baik yang besar maupun yang kecil. Namun, di saat yang sama, kita diingatkan untuk tidak membiarkan kenyamanan hidup membuat kita menjauh dari Tuhan. Kemakmuran seharusnya menjadi sarana untuk lebih melayani Tuhan, bukan menjadi alasan untuk meninggalkan-Nya. Penting bagi kita untuk senantiasa menguji hati kita, apakah kita menggunakan berkat-berkat Tuhan untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan sesama, atau justru menjadi terpenjara dalam keinginan duniawi dan kelalaian rohani. Refleksi atas ayat ini mengajak kita untuk kembali mengarahkan hati dan hidup kita kepada Tuhan, agar kemakmuran yang kita miliki dapat menjadi berkat yang sejati, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

Simbol hati yang melambangkan refleksi dan pengakuan.