Pengkhotbah 4:5 - Ketenangan vs Keserakahan

"Orang bodoh melipat tangan dan memakan dirinya sendiri." (Pengkhotbah 4:5)

Metafora tentang keseimbangan dan bahaya dari keserakahan.

Pengkhotbah 4:5 menyajikan sebuah gambaran yang kuat tentang konsekuensi dari tindakan yang salah, terutama yang didorong oleh keserakahan atau kebodohan. Ayat ini secara singkat namun padat menggambarkan seseorang yang "melipat tangan dan memakan dirinya sendiri". Pernyataan ini mengundang kita untuk merenungkan implikasi dari sikap pasif yang berujung pada kehancuran diri, atau sikap aktif yang merusak diri sendiri akibat ketidakbijaksanaan.

Keserakahan dan Kerusakan Diri

Dalam konteks yang lebih luas dari Kitab Pengkhotbah, banyak ayat yang berbicara tentang kesia-siaan mengejar kekayaan duniawi semata. Pengkhotbah sering kali menyoroti bahwa usaha tanpa berkat atau dengan cara yang keliru pada akhirnya hanya membawa kekecewaan dan kehampaan. Ayat ini bisa diartikan sebagai peringatan terhadap keserakahan yang berlebihan. Ketika seseorang hanya terfokus pada keuntungan pribadi, melipat tangan artinya mengabaikan pekerjaan yang benar dan hanya memikirkan cara mendapatkan lebih banyak. Akibatnya, ia "memakan dirinya sendiri", yang bisa diartikan sebagai menghabiskan energi, waktu, dan bahkan sumber daya yang ada untuk mengejar sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan atau justru merusak dirinya sendiri.

Kemalasan yang Merusak

Selain itu, "melipat tangan" juga bisa diartikan sebagai kemalasan. Orang yang malas enggan bekerja, menolak usaha, dan hanya berdiam diri. Namun, kemalasan ini bukanlah ketenangan pasif yang damai, melainkan kemalasan yang destruktif. Dalam dunia yang terus bergerak, ketidakaktifan yang terus-menerus dapat membuat seseorang tertinggal, kehilangan kesempatan, dan akhirnya menjadi beban bagi dirinya sendiri dan orang lain. Seperti seseorang yang kelaparan karena tidak mau mencari makan, ia "memakan dirinya sendiri" dalam artian menghancurkan potensi dan masa depannya sendiri.

Belajar dari Kesalahan

Kitab Pengkhotbah mendorong kita untuk mencari hikmat dan memahami tempatnya segala sesuatu di bawah langit. Pengkhotbah 4:5 mengingatkan kita bahwa ada cara hidup yang sia-sia dan merusak. Sebaliknya, ada cara hidup yang membawa ketenangan, kepuasan, dan keberkahan. Keseimbangan dalam bekerja, kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya, dan fokus pada hal-hal yang kekal adalah kunci untuk menghindari nasib "memakan diri sendiri". Memahami ayat ini adalah langkah awal untuk evaluasi diri, agar kita tidak terjebak dalam lingkaran keserakahan yang membabi buta atau kemalasan yang merusak.

Penting untuk membedakan antara ketenangan yang sejati dan kemalasan yang merusak. Ketenangan sering kali datang dari kerja keras yang bijaksana dan rasa syukur atas apa yang dimiliki. Sebaliknya, orang yang melipat tangan dengan cara yang digambarkan dalam Pengkhotbah 4:5 sedang menuju kehancuran diri, baik secara finansial, emosional, maupun spiritual. Oleh karena itu, mari kita renungkan ayat ini dan berupaya menjalani hidup dengan hikmat, kerja keras yang benar, dan hati yang bersyukur.