Pengkhotbah 5:16 - Arti Sebenarnya

"Seperti ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan kembali, dalam keadaan telanjang seperti ia datang, dan ia tidak akan membawa apa-apa dari hasil jerih payahnya, yang dapat dibawa di tangannya." (Pengkhotbah 5:16)
Ilustrasi tangan terbuka dengan cahaya memancar, melambangkan ketidakmampuan membawa kekayaan ke alam baka

Ayat Pengkhotbah 5:16 adalah pengingat yang kuat dan mendalam tentang sifat sementara dari kekayaan duniawi dan kesia-siaan mengejar harta benda semata. Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, semua yang kita kumpulkan dalam hidup ini tidak akan dapat kita bawa ketika kita meninggalkan dunia ini. Seperti seorang bayi yang lahir tanpa membawa apa-apa, demikian pula kita akan kembali ke hadapan Sang Pencipta, dalam keadaan yang sama mulianya, yakni telanjang.

Dalam kebudayaan modern, seringkali kita didorong untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin. Ambisi untuk memiliki rumah mewah, mobil terbaru, dan rekening bank yang gemuk seringkali mendominasi pikiran kita. Namun, Pengkhotbah, yang dikenal sebagai raja yang bijaksana, dengan jeli mengamati kehidupan manusia dan menyadari bahwa semua usaha dan jerih payah kita dalam mengumpulkan kekayaan pada akhirnya akan menjadi sia-sia di hadapan kematian. Ayat ini tidak berarti kita tidak boleh bekerja keras atau menikmati berkat materi, melainkan menekankan pentingnya perspektif yang benar.

Apa yang dimaksud dengan "hasil jerih payahnya"? Ini mencakup segala sesuatu yang kita peroleh melalui kerja keras, kecerdasan, dan bahkan mungkin melalui cara-cara yang kurang terpuji. Pengkhotbah menegaskan bahwa tidak ada satu pun dari semua itu yang dapat kita bawa dalam genggaman tangan kita ketika kita meninggal. Kekayaan, kekuasaan, pencapaian duniawi—semua ini bersifat fana. Mereka adalah milik dunia ini, dan ketika kita meninggalkan dunia ini, mereka akan tetap di sini.

Pentingnya ayat ini terletak pada kemampuannya untuk mengarahkan fokus kita dari hal-hal yang sementara ke hal-hal yang kekal. Alih-alih menghabiskan seluruh hidup kita untuk mengejar akumulasi materi yang tidak berarti di akhirat, kita dipanggil untuk memprioritaskan hubungan kita dengan Tuhan, pelayanan kepada sesama, dan pertumbuhan rohani. Kekayaan sejati bukanlah apa yang bisa kita miliki, tetapi siapa kita di hadapan Tuhan dan bagaimana kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Pengkhotbah 5:16 mengajarkan kita kerendahan hati. Ia mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk fana yang pada akhirnya akan kembali ke debu. Keangkuhan yang timbul dari kekayaan atau posisi dapat dengan mudah dihilangkan oleh pengingat ini. Sebaliknya, ayat ini seharusnya memotivasi kita untuk hidup dengan tujuan yang lebih besar. Jika kekayaan duniawi tidak dapat menemani kita, maka apa yang dapat? Jawabannya adalah perbuatan kasih, kebaikan, keadilan, dan iman yang tulus kepada Tuhan. Inilah "harta" yang sesungguhnya, yang akan dibawa bersama kita ke kehidupan kekal.

Oleh karena itu, ketika kita merenungkan Pengkhotbah 5:16, mari kita evaluasi kembali prioritas kita. Apakah kita terlalu terikat pada harta duniawi? Apakah kita lupa akan tanggung jawab kita kepada sesama dan kepada Sang Pencipta? Ayat ini adalah undangan untuk melepaskan genggaman kita dari hal-hal yang sementara dan meraih kehidupan kekal dengan mempersembahkan hidup kita untuk tujuan yang lebih mulia dan abadi. Inilah kebijaksanaan sejati yang akan memberikan makna mendalam bagi kehidupan kita, baik di dunia ini maupun di kehidupan yang akan datang.