Roma 11:7 - Hikmat Ilahi dalam Pemilihan

"Jadi, bagaimanakah sekarang? Apa yang dicari oleh Israel, tidak diperolehnya. Tetapi orang-orang pilihan memperolehnya, sedangkan yang lain telah membutakan diri."

Simbol Mata Terbuka dan Tertutup

Ilustrasi: Simbol mata terbuka dan tertutup melambangkan pemahaman dan ketidakmengertian.

Ayat Roma 11:7, yang baru saja kita renungkan, menyajikan sebuah paradoks yang mendalam dalam teologi Kristen, khususnya terkait dengan konsep pemilihan ilahi dan respons manusia terhadap kebenaran. Rasul Paulus, dalam konteks suratnya kepada jemaat di Roma, sedang membahas hubungan antara umat pilihan Allah dalam Perjanjian Lama (Israel) dan umat pilihan yang baru dalam Perjanjian Baru (gereja, termasuk orang Yahudi dan bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus). Ayat ini secara ringkas merangkum perbedaan mendasar antara dua kelompok ini dalam pencarian mereka akan kebenaran.

Paulus menyatakan dengan jelas, "Apa yang dicari oleh Israel, tidak diperolehnya." Frasa ini mengacu pada Israel secara kolektif, yang dalam banyak hal, pada masa itu, mencari kebenaran melalui hukum Taurat dan tradisi nenek moyang mereka. Mereka memiliki akses yang luar biasa terhadap janji-janji dan wahyu Allah, namun, dalam pencarian mereka, mereka sering kali gagal memahami atau menerima Mesias yang telah dinubuatkan, yaitu Yesus Kristus. Pencarian mereka cenderung terfokus pada pemahaman duniawi tentang kerajaan Mesias, yang berbeda dengan kenyataan spiritual dari kerajaan Allah yang dibawa oleh Yesus.

Kontras dengan ini, Paulus melanjutkan, "Tetapi orang-orang pilihan memperolehnya." Siapakah "orang-orang pilihan" ini? Dalam konteks Roma 11, ini merujuk pada mereka yang oleh anugerah Allah telah dipilih untuk menerima keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus. Ini mencakup tidak hanya orang Yahudi yang percaya, tetapi juga orang bukan Yahudi yang menerima Injil. Perbedaan kunci di sini bukanlah pada usaha atau kehebatan mereka sendiri, melainkan pada penerimaan mereka terhadap kehendak dan rencana Allah yang dinyatakan dalam Kristus. Mereka memperoleh "itu" – yaitu, kebenaran, pemahaman spiritual, dan kehidupan kekal – karena mata hati mereka dibuka oleh Roh Kudus untuk mengenali Yesus sebagai Sang Mesias dan Juruselamat.

Pernyataan penutup, "sedangkan yang lain telah membutakan diri," adalah sebuah pernyataan yang sangat penting. Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap kebenaran ilahi sering kali bukanlah semata-mata kegagalan pasif, melainkan sebuah tindakan aktif dari kemauan manusia yang menolak cahaya. Buta yang dimaksud di sini adalah buta rohani, sebuah ketidakmauan untuk melihat kebenaran yang jelas disajikan. Pilihan untuk tidak percaya, untuk tetap teguh pada cara pandang sendiri yang bertentangan dengan wahyu Allah, menghasilkan sebuah kebutaan spiritual yang membatasi mereka dari memperoleh apa yang dicari oleh umat pilihan sejati.

Ayat Roma 11:7 mengajarkan kita bahwa hikmat ilahi bekerja dalam cara yang misterius namun adil. Pemilihan Allah bukanlah semata-mata determinisme yang mengabaikan tanggung jawab manusia. Sebaliknya, ini adalah undangan anugerah yang memerlukan respons iman. Bagi mereka yang mencari Allah dengan hati yang tulus dan terbuka, anugerah-Nya akan memungkinkan mereka untuk melihat dan menerima kebenaran. Sementara itu, bagi mereka yang secara sengaja menutup diri dari kebenaran, mereka akan tetap dalam kegelapan, meskipun mereka mungkin merasa diri mereka sedang mencari. Ini adalah pengingat yang kuat akan pentingnya kerendahan hati, keterbukaan hati, dan iman dalam pencarian kita akan Allah.