Ayat Roma 16:11 mungkin terlihat singkat dan sederhana, namun di dalamnya tersimpan makna yang mendalam tentang hubungan antar sesama orang percaya. Frasa "Sampaikanlah salam kepada Herodian, kerabatku" dari Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, membuka jendela untuk memahami pentingnya pengakuan, perhatian, dan kepedulian dalam komunitas Kristiani. Herodian, meskipun namanya tidak sering muncul dalam catatan Alkitab, adalah salah satu pribadi yang secara spesifik disebutkan dan diberi salam oleh Paulus. Ini menunjukkan bahwa setiap individu, sekecil apapun perannya yang terlihat, memiliki nilai di mata Tuhan dan dalam pergerakan Injil.
Dalam konteks surat Roma, Paulus sedang memberikan instruksi-instruksi akhir, termasuk banyak salam kepada individu-individu. Keberadaan Herodian dalam daftar ini menyoroti bagaimana Paulus sangat memperhatikan hubungan pribadi dan mengakui kontribusi, bahkan mungkin dukungan, yang diberikan oleh anggota jemaat. Frasa "kerabatku" dapat diartikan secara harfiah sebagai kerabat darah, namun dalam konteks Kristen, seringkali juga merujuk pada saudara seiman dalam Kristus. Apapun interpretasinya, penekanan ada pada ikatan kasih dan kekeluargaan yang terjalin melalui iman.
Di tengah kesibukan gereja mula-mula dan tantangan yang mereka hadapi, tindakan sederhana seperti menyampaikan salam menjadi sangat berarti. Ini adalah bentuk pengakuan atas keberadaan seseorang, apresiasi atas kesetiaan mereka, dan pengingat bahwa mereka tidak sendirian. Dalam dunia yang terkadang terasa impersonal, terutama di perkotaan besar seperti Roma, salam yang tulus dari seorang pemimpin rohani seperti Paulus menjadi sebuah jangkar emosional dan spiritual bagi penerimanya. Ini mengingatkan kita bahwa pelayanan dalam gereja bukanlah semata-mata tentang tugas dan tanggung jawab besar, tetapi juga tentang menghargai setiap individu yang terlibat, baik secara terang-terangan maupun dalam diam.
Mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupan kekinian, kita diajak untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita, terutama dalam komunitas gereja atau kelompok iman. Apakah kita sudah mengenal nama-nama anggota jemaat yang lain? Apakah kita sudah memberikan perhatian dan doa kepada mereka? Herodian mengingatkan kita bahwa setiap orang berharga. Paulus, melalui salam ini, menunjukkan model kepemimpinan yang tidak hanya berfokus pada doktrin, tetapi juga pada relasi. Mengakui dan menyebut nama seseorang, seperti Paulus lakukan untuk Herodian, adalah cara untuk memupuk rasa memiliki dan memperkuat ikatan persaudaraan. Mari kita belajar dari Rasul Paulus untuk menjadi pribadi yang jeli melihat, peduli, dan mengapresiasi setiap "Herodian" dalam lingkaran pelayanan kita, menjalin hubungan yang lebih erat dalam kasih Kristus.