Roma 9:32 - Mengapa Mereka Gagal?

"Sebab mereka mengejar keadilan bukan dengan iman, melainkan dengan perbuatan."

Iman vs. Perbuatan

Ayat Roma 9:32 memberikan sebuah pencerahan krusial mengenai alasan di balik kegagalan banyak orang dalam mencapai kebenaran ilahi. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma secara lugas menyatakan bahwa masalah utamanya terletak pada fondasi yang mereka bangun: mengejar keadilan bukan dengan iman, melainkan dengan perbuatan. Pernyataan ini bukan sekadar sebuah pengamatan teologis, tetapi sebuah peringatan mendalam yang relevan bagi setiap individu yang bergumul dengan makna hidup dan hubungan mereka dengan Sang Pencipta.

Dalam konteks waktu itu, banyak orang Yahudi yang berpegang teguh pada hukum Taurat dan tradisi nenek moyang mereka. Mereka percaya bahwa dengan ketaatan yang sempurna terhadap segala perintah, mereka akan mendapatkan perkenanan Tuhan dan dinyatakan benar di hadapan-Nya. Namun, Paulus menjelaskan bahwa pendekatan ini, meskipun terlihat saleh, justru mengarah pada kesombongan rohani dan kegagalan untuk memahami anugerah keselamatan yang ditawarkan melalui Yesus Kristus. Mereka berfokus pada apa yang bisa mereka lakukan, bukan pada siapa yang telah melakukan segalanya untuk mereka.

Perbedaan fundamental antara mengejar keadilan dengan iman dan dengan perbuatan adalah sumber motivasi dan pandangan terhadap keselamatan itu sendiri. Ketika seseorang mengejar keadilan dengan iman, ia mengakui keterbatasannya sendiri dan bergantung sepenuhnya pada karya Kristus yang sempurna di kayu salib. Iman adalah sebuah kepercayaan aktif, penerimaan akan kasih karunia Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma, dan penyerahan diri pada kehendak-Nya. Keselamatan, dalam perspektif iman, adalah sebuah pemberian, bukan upah dari hasil usaha manusia.

Sebaliknya, mengejar keadilan dengan perbuatan berakar pada filosofi usaha manusia untuk "mendapatkan" persetujuan Tuhan. Ini adalah sebuah upaya untuk membangun status moral yang cukup baik di mata Tuhan melalui kepatuhan pada aturan dan pelaksanaan ritual. Hal ini dapat menimbulkan rasa aman yang palsu, tetapi seringkali berakhir dengan kekecewaan dan rasa tidak cukup. Ketika seseorang gagal memenuhi standar moral yang tinggi, rasa bersalah dan penghukuman akan menghantuinya. Paulus menggarisbawahi bahwa tidak ada manusia yang dapat membenarkan dirinya sendiri di hadapan Tuhan melalui perbuatan hukum Taurat, karena hukum itu justru menyingkapkan dosa.

Pesan Roma 9:32 mengingatkan kita untuk memeriksa hati kita. Apakah kita mendekati Tuhan dengan keyakinan akan karya penebusan Kristus, atau kita masih mencoba "membeli" kasih sayang-Nya dengan kebaikan dan ketaatan kita? Jalan iman adalah jalan kerendahan hati, pengakuan akan kebutuhan kita akan juru selamat, dan kepercayaan pada janji-janji-Nya. Jalan perbuatan adalah jalan kesombongan, upaya sia-sia untuk menjadi cukup baik di mata Tuhan tanpa mengakui bahwa kita sudah "cukup" di dalam Kristus. Dengan memahami dan mengaplikasikan kebenaran ini, kita dapat menemukan kedamaian dan kepastian dalam hubungan kita dengan Tuhan, yang berakar pada kasih karunia-Nya, bukan pada usaha kita yang terbatas.