"Juga tidak semua yang berasal dari keturunan Abraham adalah anak-anaknya, tetapi: "Keturunanmu yang akan disebut Keturunan Ishak."
Ayat Roma 9:7 ini merupakan bagian penting dari argumen Rasul Paulus mengenai kedaulatan Allah dalam pemilihan dan keselamatan. Ayat ini seringkali menimbulkan pertanyaan mendalam bagi pembaca Alkitab, terutama ketika dibaca dalam konteks Roma pasal 9 yang membahas tentang nasib Israel dan bangsa-bangsa lain. Untuk memahami Roma 9:7 dengan baik, kita perlu menelusuri kembali akar cerita Abraham dalam Kitab Kejadian. Allah membuat perjanjian dengan Abraham, menjanjikan bahwa melalui keturunannya, semua bangsa akan diberkati. Namun, ada detail penting dalam janji ini yang sering terabaikan: Allah tidak hanya berjanji kepada keturunan Abraham secara umum, tetapi secara spesifik menunjuk kepada garis keturunan Ishak.
Ilustrasi sederhana garis keturunan dan janji Allah.
Paulus menekankan bahwa "keturunan Abraham" tidak otomatis berarti semua yang memiliki garis keturunan fisik dari Abraham adalah penerima janji Allah. Dalam konteks ini, Paulus merujuk pada kisah Ishak dan Ismail. Ismail lahir dari Hagar, seorang budak Sarah, sesuai dengan keinginan daging Abraham. Sementara itu, Ishak lahir dari Sarah, istri Abraham, sesuai dengan janji Allah (Kejadian 17:16-19; 21:1-3). Perbedaan antara Ishak dan Ismail, serta bagaimana hanya Ishak yang menjadi saluran janji ilahi, menjadi ilustrasi kunci bagi Paulus untuk menunjukkan bahwa pilihan Allah tidak selalu berdasarkan garis keturunan biologis semata, atau berdasarkan usaha manusia, melainkan berdasarkan kehendak dan kedaulatan-Nya.
Ini adalah poin krusial yang sering diperdebatkan. Paulus tidak mengajarkan bahwa Allah tidak adil. Sebaliknya, ia ingin menegaskan bahwa Allah memiliki hak prerogatif ilahi untuk memilih siapa yang akan menjadi penerus perjanjian dan warisan rohani. Pilihan ini didasarkan pada kehendak Allah sendiri, bukan pada perbuatan manusia. Roma 9:7 berfungsi sebagai penegasan awal dari prinsip ini, mempersiapkan pembaca untuk pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana Allah bekerja dalam sejarah keselamatan, mencakup baik Israel sebagai bangsa pilihan maupun, pada akhirnya, bangsa-bangsa lain melalui Yesus Kristus. Pemahaman akan ayat ini mengundang kita untuk merenungkan kebesaran dan misteri rencana Allah, serta untuk menaruh iman dan kepercayaan kita pada janji-Nya yang teguh, yang dinyatakan melalui keturunan yang Ia pilih.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan kita bahwa iman seringkali melampaui logika dan ekspektasi manusia. Keturunan yang dijanjikan itu datang melalui cara yang tidak biasa, menekankan bahwa Allah bekerja dengan cara-Nya sendiri, seringkali di luar pemahaman kita. Ini mendorong kita untuk tidak terpaku pada keturunan fisik semata, tetapi pada keturunan rohani yang lahir dari iman kepada Kristus, seperti yang dijelaskan lebih lanjut di bagian lain dalam Kitab Roma.