Kitab Rut, sebuah narasi yang penuh hikmat dan kesetiaan, membawa kita pada kisah perempuan Moab yang setia pada ibu mertuanya, Naomi. Di tengah kesulitan ekonomi dan tragedi keluarga, cerita ini berkembang menjadi gambaran tentang pemeliharaan ilahi dan rencana penebusan. Ayat Rut 4:3 menjadi titik krusial dalam perkembangan narasi ini, di mana konsep "penebus kerabat" atau "go'el" disebutkan secara eksplisit dan mulai diaplikasikan.
Dalam masyarakat Israel kuno, hukum penebus kerabat memegang peranan penting. Hukum ini bertujuan untuk menjaga warisan keluarga agar tidak jatuh ke tangan orang asing, serta memberikan kesempatan bagi anggota keluarga yang kurang mampu untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka. Ketika seorang pria meninggal tanpa anak laki-laki, saudara laki-lakinya atau kerabat terdekatnya memiliki kewajiban dan hak untuk menikahi janda tersebut, melahirkan keturunan atas nama almarhum, dan mewarisi tanahnya. Ini adalah mekanisme sosial dan hukum yang kuat untuk memastikan kelangsungan garis keturunan dan kekayaan keluarga.
Ayat Rut 4:3 ini diucapkan oleh seorang kerabat yang lebih dekat, yang sedang berbicara dengan Boas. Ia mengakui adanya hak penebusan yang lebih dekat padanya dibandingkan Boas, dan dalam konteks ini, ia dihadapkan pada sebuah keputusan penting. Ia diminta untuk memenuhi tugasnya sebagai penebus kerabat, yang berarti ia harus membeli tanah yang dimiliki oleh almarhum suami Rut dan Naomi, Elimelekh, serta menikahi Rut untuk memberikan keturunan bagi Elimelekh. Ini adalah kesempatan yang diberikan kepadanya, namun juga sebuah tanggung jawab yang berat.
Namun, kerabat ini, yang identitasnya tidak disebutkan secara rinci, menunjukkan keraguan atau mungkin ketidakmauan untuk memenuhi kewajiban penuh. Keputusan untuk membeli tanah adalah langkah awal yang logis, namun di balik itu ada implikasi yang lebih besar, yaitu menikahi Rut. Dalam situasi ini, Boas, yang juga adalah kerabat namun sedikit lebih jauh, akan berperan sebagai penyelamat yang sesungguhnya, bukan hanya dalam arti penebusan hukum, tetapi juga dalam arti pemeliharaan dan kasih.
Kisah Rut dan konteks ayat 4:3 ini melampaui sekadar hukum waris Israel. Bagi umat Kristen, kisah ini seringkali dilihat sebagai bayangan atau foreshadowing dari penebusan yang lebih besar yang dibawa oleh Yesus Kristus. Sama seperti "go'el" yang mengintervensi untuk memulihkan hak waris dan kelangsungan keluarga, Kristus datang sebagai Penebus agung untuk memulihkan hubungan umat manusia dengan Allah, membebaskan kita dari dosa dan kematian, serta memberikan warisan kekal.
Dalam dunia yang seringkali dikuasai oleh kepentingan pribadi dan keengganan untuk mengambil tanggung jawab, kisah Rut mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan, pengorbanan, dan kasih yang tanpa pamrih. Keputusan Boas, yang pada akhirnya mengambil alih peran penebus, menunjukkan keberanian dan kemurahan hati yang menjadi teladan. Melalui tindakan Boas, keturunan Elimelekh dilestarikan, dan yang lebih penting lagi, garis keturunan Mesias terus berlanjut, menunjukkan bagaimana Allah bekerja melalui keadaan manusia yang tampaknya biasa untuk mencapai tujuan ilahi-Nya yang agung.
Rut 4:3 bukan hanya sekadar ayat tentang hukum waris kuno, tetapi sebuah pengingat tentang peran penebusan dalam sejarah keselamatan dan bagaimana kesetiaan serta kasih dapat membawa pemulihan dan kehidupan baru, bahkan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun. Ini adalah kisah yang terus bergema, mengajarkan tentang kebaikan, tanggung jawab, dan janji penebusan yang abadi.