Ulangan 1:38

"Tetapi Yosua bin Nun, yang melayani Musa, ia akan masuk ke sana; kuatkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menghantar orang Israel sampai memiliki negeri itu."

Melangkah Maju dengan Keyakinan

Ayat Ulangan 1:38 memberikan sebuah penekanan penting mengenai kepemimpinan dan keberlanjutan rencana ilahi. Musa, pemimpin besar yang telah membimbing bangsa Israel keluar dari Mesir, tidak diizinkan untuk memasuki Tanah Perjanjian. Namun, firman Tuhan secara spesifik menunjuk Yosua bin Nun sebagai penerusnya. Ini bukan sekadar pergantian pemimpin, melainkan sebuah penegasan bahwa pekerjaan Tuhan akan terus berlanjut melalui orang-orang yang setia dan berani.

Kata-kata "kuatkanlah hatinya" adalah inti dari pesan ini. Menjadi seorang pemimpin, terlebih lagi yang menggantikan figur sebesar Musa dan menghadapi tugas yang sangat berat seperti memimpin bangsa memasuki tanah yang penuh tantangan, tentu membutuhkan kekuatan hati yang luar biasa. Yosua harus menghadapi keraguan, ketakutan, dan bahkan ketidakpercayaan dari sebagian umat. Namun, Tuhan sendiri yang memberikan instruksi untuk menguatkan hatinya. Ini menunjukkan bahwa kekuatan bukanlah semata-mata berasal dari diri sendiri, melainkan anugerah dan penopang dari Sang Pemberi Kuasa.

Yosua dikenal sebagai hamba yang setia kepada Musa. Dia selalu berada di dekat Musa, belajar dari kepemimpinannya, dan siap untuk mengambil alih tanggung jawab. Kesiapannya ini bukanlah hal yang instan, melainkan buah dari proses panjang pengabdian dan kesetiaan. Kisahnya mengajarkan kita bahwa persiapan dan kesetiaan dalam pelayanan sekecil apapun adalah modal berharga untuk tugas yang lebih besar di masa depan.

Tantangan dan Kemenangan

Tugas yang dihadapi Yosua tidaklah ringan. Ia harus memimpin bangsa yang telah diperbudak selama ratusan tahun, bangsa yang seringkali memberontak dan meragukan Tuhan. Ia harus menghadapi bangsa-bangsa yang kuat dan perkasa yang mendiami Tanah Kanaan. Namun, janji Tuhan yang menyertainya adalah sumber kekuatannya. Tuhan berfirman, "dialah yang akan menghantar orang Israel sampai memiliki negeri itu." Ini adalah janji yang pasti, menggarisbawahi peran Yosua sebagai alat Tuhan dalam penggenapan rencana-Nya.

Kisah Yosua mengajarkan kita bahwa di dalam setiap peralihan kepemimpinan atau tantangan besar yang dihadapi, Tuhan senantiasa menyediakan orang yang tepat dan kekuatan yang cukup. Bagian kita adalah menjawab panggilan-Nya dengan hati yang teguh, seperti Yosua, dan meletakkan kepercayaan sepenuhnya kepada penyertaan-Nya. Keberhasilan dalam menghadapi masalah tidak hanya bergantung pada kemampuan kita, tetapi lebih utama pada keyakinan kita akan kuasa dan janji Tuhan yang selalu setia.

Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi Yosua di zamannya masing-masing. Entah itu dalam keluarga, pekerjaan, gereja, atau masyarakat, kita dipanggil untuk membawa pengaruh positif, menjadi agen perubahan yang diurapi Tuhan, dan memimpin dengan integritas. Dengan menguatkan hati dalam Tuhan dan mengandalkan kekuatan-Nya, kita pun dapat menghantar banyak orang menuju pemenuhan janji-janji-Nya, sebagaimana Yosua menghantar Israel menuju Tanah Perjanjian.