"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:4-5)
Kitab Ulangan, khususnya pasal 12 hingga 18, menyajikan serangkaian ajaran, hukum, dan nasihat yang mendalam dari Musa kepada bangsa Israel menjelang mereka memasuki Tanah Perjanjian. Bagian ini tidak hanya sekadar peraturan legal, melainkan sebuah panduan komprehensif untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesama. Inti dari ajaran-ajaran ini adalah panggilan untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan, sebuah prinsip fundamental yang terus bergema hingga kini.
Pasal 12 menekankan pentingnya sentralisasi ibadah kepada TUHAN. Musa memerintahkan umat untuk tidak mengikuti cara-cara penyembahan berhala bangsa-bangsa lain yang mereka akan gantikan. Sebaliknya, mereka harus mencari tempat yang dipilih TUHAN untuk mendirikan nama-Nya dan mempersembahkan korban di sana. Ini bukan sekadar tentang lokasi fisik, tetapi tentang kesetiaan pada cara Allah, mengutamakan kekudusan-Nya, dan menjaga kemurnian iman. Pentingnya untuk memisahkan diri dari praktik-praktik yang cemar ditekankan berulang kali, mengingatkan bahwa ketaatan adalah manifestasi dari kasih dan kepercayaan kepada Allah.
Selanjutnya, pasal 13 dan 14 berbicara tentang peringatan terhadap nabi palsu, ajakan, dan penyembahan berhala, serta aturan tentang makanan halal dan haram. Ajaran-ajaran ini bertujuan untuk melindungi umat dari kesesatan dan menjaga mereka tetap murni, baik secara spiritual maupun jasmani. Ketaatan pada hukum Allah diyakini akan membawa berkat dan pemeliharaan, seperti yang dijelaskan dalam pasal 14 mengenai pemberian persepuluhan. Ini adalah sebuah pengingat bahwa Allah peduli pada setiap aspek kehidupan umat-Nya, dari ibadah hingga pilihan makanan sehari-hari.
Memasuki pasal 15 dan 16, fokus bergeser pada isu-isu sosial ekonomi, seperti pembebasan hutang dan pembebasan budak. Musa diperintahkan untuk mengajarkan bangsa Israel agar bersikap murah hati dan adil terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Perayaan Paskah dan perayaan lain seperti Hari Raya Tujuh Hari dan Hari Raya Pondok Daun juga diuraikan, menekankan pentingnya mengenang karya penyelamatan Allah dan bersukacita dalam kepunyaan mereka. Perayaan ini adalah momen penting untuk refleksi, rasa syukur, dan penguatan identitas sebagai umat pilihan Allah.
Pasal 17 dan 18 memberikan arahan mengenai kepemimpinan, keadilan, dan peran para nabi serta imam. Ditekankan bahwa raja harus mengikuti hukum Allah, tidak menimbun harta atau wanita, dan tidak meninggikan diri di atas saudara-saudaranya. Ini adalah gambaran tentang pemerintahan yang adil dan bertanggung jawab. Musa juga menjelaskan tentang hak-hak para imam dan orang Lewi, serta bagaimana mengenali nabi sejati. Semua ini menunjukkan kerinduan Allah agar umat-Nya dipimpin oleh orang-orang yang takut akan Dia dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, serta bagaimana mereka harus mendengarkan suara-Nya melalui para wakil-Nya.
Secara keseluruhan, Ulangan 12-18 adalah sebuah manifesto tentang kehidupan yang berpusat pada Allah. Ajaran-ajaran ini mengajarkan pentingnya kesetiaan, kemurnian, keadilan sosial, dan ketaatan dalam setiap aspek kehidupan. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini adalah kunci untuk mengalami berkat Allah dan berjalan dalam jalan-Nya yang benar, sebagaimana yang telah Musa tekankan kepada generasi Israel lama dan terus relevan bagi kita di masa kini.