Simbol Kesaksian dan Kasih

Ulangan 12:8

"Janganlah kamu berbuat seperti yang kita lakukan di sini hari ini, masing-masing berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri."

Menemukan Keadilan di Tengah Perbedaan

Ayat ini, yang tercatat dalam Kitab Ulangan, memuat peringatan penting dari Musa kepada bangsa Israel. Ia berbicara tentang pentingnya ketaatan dan kesatuan dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan. Di tengah berbagai pengalaman dan tradisi yang berbeda yang dibawa oleh suku-suku dari wilayah lain, Musa menekankan bahwa tidak ada tempat bagi tindakan yang didasarkan pada kehendak pribadi semata. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengikuti ketetapan yang telah diberikan oleh Tuhan, bukan menciptakan aturan sendiri sesuai dengan pemahaman atau keinginan pribadi.

Pesan ini sangat relevan bagi kita di zaman modern ini. Di dunia yang semakin terhubung dan beragam, kita dihadapkan pada begitu banyak pandangan, keyakinan, dan cara hidup yang berbeda. Kadang-kadang, perbedaan ini bisa menciptakan konflik dan ketidaksepahaman. Ulangan 12:8 mengingatkan kita bahwa meskipun ada keberagaman, ada prinsip-prinsip dasar yang tidak boleh dikompromikan. Dalam konteks keimanan, ini berarti menjaga kemurnian ajaran dan tidak mencampurnya dengan praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur. Dalam kehidupan bermasyarakat, ini berarti menghargai norma dan hukum yang berlaku, serta berusaha menciptakan harmoni daripada keserakahan atau pembenaran diri yang sempit.

Fondasi Kasih dan Kesaksian yang Sejati

Apa yang dimaksud dengan "berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri"? Ini bisa merujuk pada tindakan yang didorong oleh ego, keinginan pribadi yang tidak terkendali, atau bahkan prasangka. Musa tidak sedang menentang pemikiran atau pertimbangan pribadi secara umum, melainkan menentang tindakan yang mengabaikan wahyu ilahi dan kehendak bersama yang terpusat pada Tuhan. Ketaatan yang sejati tidak hanya sekadar ritual, tetapi sebuah respon hati yang tulus terhadap perintah-Nya.

Dalam konteks Kristen, pesan ini diperkaya oleh ajaran kasih. Yesus Kristus mengajarkan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Ketika kasih menjadi fondasi dari setiap tindakan kita, maka pandangan pribadi kita akan semakin diarahkan untuk mencari kebaikan bersama, keadilan, dan kebenaran yang sejati. Kesaksian kita tentang iman akan menjadi lebih otentik ketika kita hidup dalam kesatuan kasih, bukan dalam perselisihan yang bersumber dari keegoisan.

Oleh karena itu, Ulangan 12:8 menjadi pengingat yang kuat bagi kita untuk selalu meninjau motivasi di balik setiap tindakan. Apakah tindakan kita dilandasi oleh ketaatan pada prinsip-prinsip yang lebih tinggi, ataukah oleh keinginan sesaat yang hanya memuaskan diri sendiri? Dengan memohon bimbingan ilahi, kita dapat belajar untuk mengarahkan pandangan pribadi kita agar selaras dengan kehendak Tuhan, menciptakan kehidupan yang penuh kasih, integritas, dan kesaksian yang berharga bagi dunia di sekitar kita.