Ulangan 14-15

"Kamu adalah umat kesayangan TUHAN, Allahmu; TUHAN telah memilihmu untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari segala bangsa di bumi." (Ulangan 7:6)

Memahami Identitas sebagai Umat Pilihan

Kitab Ulangan, khususnya pasal 14 dan 15, membawa kita pada sebuah refleksi mendalam tentang identitas umat Israel di hadapan Allah. Ayat pembuka dari Ulangan 7:6, yang kerap diulang dalam konteks ini, menegaskan bahwa mereka bukanlah sekadar kelompok manusia biasa, melainkan umat pilihan yang dikasihi oleh Tuhan. Pemilihan ini bukanlah karena keunggulan intrinsik mereka, melainkan murni anugerah dan kasih setia Allah. Pemahaman ini menjadi fondasi krusial untuk mengerti perintah-perintah yang diberikan selanjutnya.

Pasal 14 menggarisbawahi pemisahan dan kekudusan yang Tuhan inginkan dari umat-Nya. Hal ini tercermin dalam berbagai peraturan mengenai makanan halal dan haram. Peraturan ini bukan sekadar untuk membedakan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, tetapi juga untuk mengingatkan mereka secara konstan tentang status mereka yang berbeda, hidup di bawah perjanjian dengan Tuhan yang kudus. Memakan makanan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang adalah bentuk ketaatan sehari-hari yang memperkuat kesadaran akan jati diri mereka. Kehidupan yang kudus menuntut pemisahan dari praktik-praktik bangsa lain yang tidak berkenan di hadapan Allah.

Simbol kesucian dan pemisahan di bawah perjanjian.

Kasih dan Keadilan dalam Perintah Allah

Melanjutkan ke pasal 15, fokus bergeser ke aspek sosial dan keadilan yang ditekankan dalam kehidupan umat perjanjian. Tuhan memberikan perintah tentang pembebasan hutang setiap tujuh tahun, yang dikenal sebagai tahun Sabat hutang. Perintah ini sangat radikal dan mencerminkan keinginan Tuhan agar tidak ada kemiskinan ekstrem atau penindasan dalam komunitas Israel. Tujuannya adalah untuk mencegah terciptanya jurang pemisah yang terlalu lebar antara si kaya dan si miskin, serta memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang terjerat hutang.

Lebih jauh lagi, perintah untuk memberikan pinjaman kepada orang miskin tanpa bunga menjadi penekanan atas kasih dan belas kasihan. Perintah ini menggarisbawahi bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak hanya bersifat ritualistik atau pemisahan diri, tetapi juga harus termanifestasi dalam tindakan nyata yang mempedulikan sesama. Keadilan sosial dan kepedulian terhadap yang lemah adalah cerminan dari hati yang takut akan Tuhan dan menghargai nilai kehidupan setiap individu yang diciptakan menurut gambar-Nya.

Pasal 15 juga berbicara tentang pembebasan budak Ibrani setelah enam tahun pelayanan. Ini menunjukkan prinsip kebebasan dan pengakuan martabat manusia. Tuhan tidak menginginkan umat-Nya hidup dalam perbudakan yang berkepanjangan atau penindasan sistematis. Semua perintah ini, baik yang berkaitan dengan kemurnian ritual maupun keadilan sosial, bersumber dari satu hati Allah yang sama: Allah yang kudus, adil, dan penuh kasih. Ulangan 14-15 mengajarkan bahwa identitas sejati umat Allah terpancar dari kehidupan yang mencerminkan karakter-Nya, yaitu kekudusan, kasih, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini adalah inti dari ketaatan dan hidup sesuai kehendak Tuhan.