"dan bersukacitalah engkau di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk mendiami nama-Nya."
Ayat Ulangan 16:11 adalah bagian dari instruksi Tuhan kepada umat-Nya mengenai perayaan hari raya. Perayaan ini adalah momen penting yang harus dipenuhi dengan kegembiraan, bukan hanya sekadar menjalankan ritual. Kata "bersukacitalah" secara tegas memerintahkan umat untuk merasakan kebahagiaan yang mendalam di hadapan Tuhan.
Penekanan pada "di tempat yang akan dipilih Tuhan, Allahmu, untuk mendiami nama-Nya" mengacu pada tempat ibadah sentral, yaitu Tabernakel pada masa itu, dan kelak Bait Suci di Yerusalem. Ini mengingatkan kita bahwa sukacita itu memiliki fokus. Kegembiraan yang benar berakar pada hubungan dengan Tuhan dan pengakuan akan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Ini bukan kegembiraan yang dangkal atau sementara, melainkan sukacita yang kokoh karena anugerah dan pemeliharaan-Nya.
Dalam konteks modern, ayat ini masih relevan. Ketika kita berkumpul sebagai umat Tuhan, baik dalam ibadah mingguan maupun momen perayaan rohani lainnya, kita dipanggil untuk datang dengan hati yang bersukacita. Ini adalah undangan untuk mengenang kebaikan Tuhan, pengampunan dosa melalui Kristus, dan janji-janji-Nya yang tak berkesudahan. Kegembiraan ini seharusnya terlihat dalam sikap kita, dalam pujian kita, dan dalam interaksi kita satu sama lain.
Menciptakan suasana sukacita di tengah komunitas iman bukanlah tugas yang mudah. Ini membutuhkan kesadaran dan niat yang tulus dari setiap individu. Beberapa cara untuk memupuk budaya sukacita ini meliputi:
Ayat Ulangan 16:11 mengingatkan kita bahwa perayaan iman seharusnya menjadi momen yang penuh sukacita yang bersumber dari Tuhan. Mari kita jadikan kehadiran kita di hadapan Tuhan selalu diwarnai dengan kegembiraan yang tulus, sebagai respons atas segala kebaikan-Nya.