Ayat dari Kitab Ulangan pasal 17, ayat 3, memberikan peringatan keras namun penting tentang bahaya penyembahan berhala dan hal-hal lain yang dilarang oleh Tuhan. Perikop ini merupakan bagian dari instruksi Musa kepada bangsa Israel mengenai bagaimana mereka harus bertindak ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian. Fokus utamanya adalah menjaga kemurnian iman dan ketaatan kepada satu-satunya Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
Perintah untuk tidak mempersembahkan korban kepada "matahari, bulan, atau kepada segala tentara langit" menunjukkan bahwa penyembahan berhala bukan hanya tentang patung-patung buatan tangan, tetapi juga tentang mengalihkan kesetiaan dan penyembahan kepada ciptaan, bukan kepada Sang Pencipta. Hal ini sering kali terjadi ketika manusia mulai mencari jawaban, keamanan, atau keberuntungan pada hal-hal yang dapat dilihat dan diraba, atau pada kekuatan alam yang sering disalahartikan sebagai entitas ilahi. Keinginan untuk mengendalikan nasib sendiri atau mencari jalan pintas sering kali mengarah pada praktik-praktik yang menjauhkan diri dari kehendak Tuhan.
Ilustrasi matahari, bulan, dan bintang sebagai objek yang sering dikaitkan dengan penyembahan alam.
Dalam konteks modern, penyembahan berhala mungkin tidak selalu terlihat dalam bentuk ritual penyembahan matahari atau bulan secara langsung. Namun, prinsipnya tetap relevan. Berhala-berhala modern bisa berupa uang, kekuasaan, reputasi, teknologi, atau bahkan diri sendiri. Ketika hal-hal ini menjadi fokus utama hidup kita, mendominasi pikiran dan tindakan kita, serta menggeser prioritas kita dari hubungan dengan Tuhan, maka kita secara tidak sadar telah mengalihkan kesetiaan kita. Ulangan 17:3 mengingatkan kita untuk selalu memeriksa hati dan tindakan kita, memastikan bahwa hanya Tuhan yang layak mendapatkan penyembahan dan ketaatan penuh kita.
Penekanan pada "yang tidak saya perintahkan" adalah kunci. Tuhan menetapkan batasan dan cara-cara yang dikehendaki-Nya untuk kita mendekat kepada-Nya dan menjalani hidup. Melakukan apa yang tidak diperintahkan, meskipun mungkin terlihat tidak berbahaya atau bahkan menarik, adalah bentuk pemberontakan dan ketidakpercayaan. Ini menunjukkan bahwa kita lebih mengandalkan hikmat dan keinginan kita sendiri daripada hikmat dan kehendak Tuhan. Hal ini bisa menyiratkan bahwa kita berpikir kita tahu yang terbaik untuk diri kita sendiri, atau kita mencari cara-cara yang menurut kita lebih mudah atau lebih menguntungkan.
Ketaatan yang tulus kepada Tuhan dimulai dari pengenalan yang benar tentang siapa Dia. Ulangan 17:3 mendorong kita untuk belajar, mengerti, dan kemudian taat. Ini bukan tentang ketaatan buta, melainkan ketaatan yang didasari oleh pemahaman tentang kasih, keadilan, dan keagungan Tuhan. Ketika kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan, kita akan secara alami menyadari betapa tidak pantasnya memberikan penyembahan kepada ciptaan-Nya. Mengarahkan seluruh hati dan jiwa kita kepada Tuhan adalah inti dari iman yang sejati, sebuah prinsip yang terus bergema sepanjang sejarah keselamatan dan tetap relevan hingga saat ini. Mari kita gunakan ayat ini sebagai pengingat untuk terus menjaga hati kita agar tetap setia dan taat hanya kepada Tuhan.