"Janganlah engkau mengganggu mereka dan janganlah engkau merampas harta mereka, karena Aku tidak akan memberikan kepadamu sedikitpun dari tanah mereka, sebab kepada bani Esau telah Kuberikan pegunungan Seir sebagai milik." (Ulangan 2:5)
Ayat Ulangan 2:5 merupakan pengingat penting dari Tuhan kepada bangsa Israel mengenai batas-batas teritorial dan sikap yang seharusnya mereka ambil terhadap bangsa lain. Dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian, bangsa Israel berhadapan dengan berbagai suku dan bangsa yang mendiami wilayah di sekitar Kanaan. Tuhan secara eksplisit memberikan instruksi mengenai bagaimana mereka harus berinteraksi, khususnya dengan bani Esau. Pernyataan ini bukan sekadar larangan perang, melainkan sebuah penegasan mengenai kepemilikan tanah yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Frasa "Janganlah engkau mengganggu mereka dan janganlah engkau merampas harta mereka" menekankan prinsip keadilan dan penghormatan terhadap hak milik orang lain, bahkan jika mereka bukan umat pilihan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menganjurkan kekerasan atau penindasan yang tidak perlu. Instruksi ini juga menjadi dasar bagi pemahaman etika dan moral dalam hubungan antarmanusia. Meskipun bangsa Israel memiliki janji akan tanah Kanaan, kebebasan mereka untuk menaklukkannya tidak berarti kebebasan untuk bertindak semena-mena terhadap semua bangsa yang mereka temui.
Lebih lanjut, ayat ini memberikan penjelasan ilahi mengenai alasan di balik instruksi tersebut: "sebab kepada bani Esau telah Kuberikan pegunungan Seir sebagai milik." Tuhan, sebagai pemilik segala sesuatu, berhak untuk membagikan dan menetapkan kepemilikan bumi sesuai dengan kehendak-Nya. Kepemilikan bani Esau atas pegunungan Seir adalah sebuah fakta yang ditetapkan oleh Tuhan, dan Israel diperintahkan untuk menghormatinya. Ini mengajarkan bahwa setiap bangsa memiliki tempat dan haknya sendiri di bawah pengawasan Tuhan.
Dalam konteks yang lebih luas, Ulangan 2:5 mengingatkan kita bahwa perjalanan hidup kita, termasuk pencapaian dan tujuan kita, harus selalu dijalani dengan integritas dan kesadaran akan kehendak Tuhan. Pelajaran dari ayat ini adalah bahwa Tuhan mengatur segala sesuatu, termasuk wilayah geografis dan kepemilikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak memaksakan kehendak kita atau mengambil apa yang bukan hak kita, tetapi untuk mencari petunjuk-Nya dalam setiap langkah yang kita ambil. Sikap hormat terhadap hak milik orang lain, sebagaimana diajarkan kepada Israel, tetap relevan hingga kini.
Memahami konteks sejarah dan teologis dari ayat seperti Ulangan 2:5 sangatlah penting. Ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga memberikan prinsip-prinsip abadi mengenai keadilan, kepemilikan, dan hubungan antarumat manusia yang selalu diperhatikan oleh Tuhan. Dengan mengintegrasikan ajaran-ajaran seperti ini ke dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Penting untuk diingat bahwa tujuan akhir bangsa Israel adalah tanah Kanaan, bukan untuk menaklukkan seluruh dunia tanpa pandang bulu.