Simbol Keadilan dan Kebebasan
Ayat Ulangan 21:1 membuka lembaran hukum Musa dengan sebuah ketetapan yang terdengar begitu penting dan bernuansa keadilan. Ketetapan ini secara spesifik mengatur tentang perbudakan, khususnya bagi orang Ibrani. Kata "budak Ibrani" merujuk pada individu dari bangsa Israel yang karena berbagai sebab—kebanyakan karena kemiskinan ekstrem atau hutang yang melilit—terpaksa menjual diri atau keluarganya untuk menjadi budak. Hukum ini datang untuk memberikan batasan dan perlindungan dalam sistem yang mungkin saja bisa sangat menindas.
Inti dari ayat ini adalah jaminan kebebasan setelah periode kerja tertentu. "Enam tahun lamanya" menjadi masa pengabdian yang ditetapkan, dan setelah itu, budak tersebut berhak keluar "dengan cuma-cuma." Ini adalah sebuah kemajuan revolusioner jika dibandingkan dengan praktik perbudakan di banyak kebudayaan kuno lainnya, di mana seorang budak bisa saja terperangkap seumur hidup tanpa harapan pembebasan. Hukum ini menegaskan bahwa status perbudakan bukanlah keadaan permanen yang tidak dapat diubah.
Pemberian kebebasan gratis di tahun ketujuh bukanlah sekadar kebaikan hati semata, melainkan sebuah mandat ilahi yang menanamkan prinsip keadilan dan belas kasihan dalam struktur masyarakat Israel. Tujuannya adalah untuk mencegah eksploitasi yang berlebihan dan memberikan kesempatan kedua bagi individu yang berada dalam kesulitan ekonomi. Ini mencerminkan perhatian Tuhan terhadap kesejahteraan umat-Nya, bahkan mereka yang berada dalam posisi paling rentan.
Lebih jauh lagi, hukum ini mengajarkan bahwa kerja keras dan pengabdian memiliki batas waktu yang jelas, dan kebebasan adalah hak yang melekat. Pemberian kebebasan "cuma-cuma" juga berarti bahwa tuannya tidak berhak menahan budak tersebut atau menuntut pembayaran tambahan untuk kebebasannya. Ini adalah bentuk pemulihan martabat dan kemandirian.
Meskipun konteks perbudakan seperti yang dijelaskan dalam hukum Musa mungkin terasa jauh dari kehidupan modern, prinsip-prinsip keadilan, belas kasihan, dan perlindungan terhadap yang lemah tetap sangat relevan. Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap segala bentuk penindasan, baik secara ekonomi, sosial, maupun struktural.
Dalam semangat Ulangan 21:1, kita dipanggil untuk membela mereka yang terjebak dalam kemiskinan, hutang, atau situasi yang membuat mereka kehilangan kebebasan mereka. Ini bisa berarti mendukung kebijakan yang adil, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, atau sekadar menumbuhkan kesadaran akan ketidakadilan yang ada di sekitar kita. Menghargai martabat setiap individu dan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang dieksploitasi adalah warisan abadi dari hukum ini. Hukum ini mengajarkan bahwa kebebasan adalah nilai fundamental yang harus diperjuangkan dan dilindungi.